Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekspor minyak sawit Indonesia masih menunjukkan kenaikan hingga 2019. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatat, ekspor crude palm oil (CPO) termasuk produk turunannya di 2019 sebesar 36,17 juta ton, tumbuh 4,2% dari tahun 2018 yang sebesar 34,7 juta ton.
Ketua Umum Gapki Joko Supriyono merinci, komposisi ekspor sawit tersebut terbagi atas ekspor produk olahan CPO sebesar 68%, CPO sebesar 20%, biodiesel sebesar 3% dan oleokimia sebesar 9%.
Baca Juga: Tembus 51,8 juta ton, produksi minyak sawit Indonesia tumbuh 9% di tahun 2019
"Jadi komposisinya mirip dari tahun ke tahun. Ini menunjukkan bahwa industrialisasi atau hilirisasi kita sukses," ujar Joko, Senin (3/2).
Joko mengakui, ekspor minyak sawit Indonesia ke beberapa negara mengalami penurunan sepanjang 2019. Negara tersebut seperti Amerika Serikat, Bangladesh, Pakistan, Uni Eropa dan India yang mencatat penurunan paling besar.
Namun, Joko pun mengatakan ekspor minyak sawit ke Timur Tengah, Afrika dan China mengalami peningkatan yang cukup pesat.
"Karena mungkin China naiknya cukup besar dan Afrika naiknya besar, sehingga bisa menutupi minus di tempat lain," terang Joko.
Baca Juga: Sampoerna Agro (SGRO) fokus perkuat bisnis di sektor hulu pada tahun ini
Berdasarkan data Gapki, destinasi utama ekspor produk minyak sawit 2019 selain oleokimia dan biodiesel adalah China sebesar 9 juta ton, India sebesar 4,8 juta ton, dan Uni Eropa sebesar 4,6 juta ton.
Sementara, tujuan ekspor produk oleokimia dan biodiesel terbesar adalah China sebesar 825.000 ton dan Uni Eropa sebesar 512.000 ton.
Joko mengaku belum bisa memproyeksi berapa besar ekspor minyak sawit di 2020. Namun dia mengatakan, India dan China masih menjadi pasar yang penting bagi produk minyak sawit Indonesia di 2020.
Baca Juga: Ini saham emiten CPO pilihan analis
Joko juga memperkirakan, isu yang mempengaruhi ekspor minyak sawit tahun ini masih berkaitan dengan masalah keberlanjutan dari negara Uni Eropa dan adanya masalah virus di corona di China.
Namun, berkaitan dengan virus Corona, Joko meyakini persoalan ini hanya sementara, dan China dianggap mampu menyelesaikan masalah ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News