kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ekspor minyak turun karena diolah di dalam negeri


Selasa, 29 April 2014 / 16:39 WIB
Ekspor minyak turun karena diolah di dalam negeri
ILUSTRASI. Indonesia Eximbank


Reporter: Ranimay Syarah | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membantah jika ekspor minyak mentah (crude) yang berkurang tahun ini, disebabkan oleh pembatasan dan perizinan ekspor yang diperketat. Tetapi dikarenakan pengolahan minyak mentah kini dilakukan di dalam negeri.

Edy Hermantoro, Direktur Jenderal Migas ESDM menyampaikan dari total produksi minyak mentah dalam negeri yang sebesar 825 ribu barel per hari (bph), minyak mentah yang diekspor rata-rata 200 ribu bph setiap 3 bulan sekali. Selebihnya, 300 ribu bph yang dihasilkan para kontraktor kontrak kerjasama diolah di kilang dalam negeri, sedangkan jatah pemerintah 600 ribu bph.

"Kalau ekspor saat ini range antara 200 ribu barel per 3 bulan. Tapi kalau produk PSC seperti kondesat memang kita ekspor hingga 400 ribu bph, " kata Edy saat ditemui KONTAN di Kantor ESDM, Senin (28/4).

Jatah minyak mentah pemerintah yang sebesar 600 ribu bph masuk ke kilang pengolahan seperti di Kilang Cilacap milik Pertamina serta kilang-kilang lain seperti Kilang Balongan, Kilang Balikpapan dan 5 kilang lain dalam negeri.

"Pengolahan crude jatah pemerintah di dalam negeri itu 95%, feedstock ditempatkan di Cilacap. Sisanya yang 5% diekspor karena konfigurasinya tidak cocok diolah di kilang kita. Seperti jenis minyak berat dari Lapangan Duri, Riau itu mesti diekspor, " kata Edy.

Ia menambahkan tidak semua jenis minyak mentah dan kondesat bisa dikelola oleh kilang dalam negeri. Ia menjelaskan untuk kekurangan hasil produk kilang, pemerintah mengekspor minyak mentah untuk kemudian diimpor lagi, seperti impor minyak dari Singapura.

Menurut data Badan Pusat Statistik Nasional, per Januari 2014 tercatat impor crude mencapai 653 ribu ton atau senilai US$ 498,3 juta dengan negara tujuan ekspor terbesar adalah Jepang dengan volume 331 ribu ton atau US$ 248,5 juta. Disusul dengan Australia, Korea Selatan, Singapura, Amerika Serikat dan Malaysia.

Edy bilang Indonesia berpotensi mengimpor minyak mentah, solar dan BBM sekitar 800 ribu barel per hari. Terdiri dari impor 300 ribu barel per hari untuk minyak mentah, dan impor BBM sekitar 500 ribu barel per hari. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×