kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45921,77   12,46   1.37%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekspor Produk CPO Tahun Ini Stagnan


Senin, 24 Februari 2014 / 07:16 WIB
Ekspor Produk CPO Tahun Ini Stagnan
ILUSTRASI. 5 Manfaat Menggunakan Face Oil untuk Kulit Wajah.


Reporter: Handoyo, Herlina KD, Maria Elga Ratri | Editor: Herlina Kartika Dewi

JAKARTA. Kinerja ekspor minyak sawit mentah atawa crude palm oil (CPO) tahun 2014 ini tampaknya tidak akan menggembirakan. Hal itu paling tidak tergambar dari ekspor di bulan Januari yang sangat lemah.

Data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menunjukkan pada Januari 2014 ekspor CPO dan produk turunannya dari Indonesia hanya 1,57 juta ton, turun 22,27% dari Desember 2013 sebanyak 2,02 juta ton.

Direktur Eksekutif Gapki Fadhil Hasan menuturkan penurunan ekspor CPO dan produk turunannya pada Januari 2014 dipicu oleh turunnya permintaan dari beberapa negara tujuan ekspor Indonesia, seperti India dan Pakistan. Pada Januari 2014 ekspor produk CPO ke India hanya 261.400 ton, susut 54% Desember 2013.

Fadhil bilang, susutnya ekspor ke India terjadi pada produk turunan CPO. "Turunnya ekspor CPO ke India karena pemerintah India menaikkan pajak impor refined oil dari 7,5% jadi 10%," katanya akhir pekan lalu.

Penurunan ekspor yang cukup signifikan juga terjadi untuk tujuan Pakistan. Pada Januari 2014 ekspor CPO dan produk turunannya ke Pakistan hanya 67.900 ton, melorot 41,56% dari Desember 2013 sebanyak 116.200 ton.

Kendati demikian, tidak perlu pesimis. Soalnya, Fadhil bilang, di awal tahun permintaan ekspor CPO dan produk turunnya biasanya belum tinggi. "Biasanya permintaan ekspor baru akan meningkat dalam beberapa bulan ke depan," katanya kepada KONTAN, Minggu (23/2).

Hal senada dikemukakan Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia Derom Bangun. Ia bilang, selama ini India adalah salah satu konsumen CPO terbesar dari Indonesia. Sehingga, perubahan kebijakan terkait CPO di India sangat berdampak pada ekspor CPO Indonesia. Tetapi, Derom juga bilang masih ada peluang Indonesia untuk meningkatkan ekspor ke India lantaran kebutuhan CPO India mencapai 10 juta ton per tahun dengan komposisi minyak sawit 75% dan 25% kedelai. "Artinya ada sekitar 7,5 juta ton - 8 juta ton (potensi impor CPO India) dan sebagian besar dari Indonesia," katanya.

Fadhil bilang, saat ini pasar global belum sepenuhnya pulih. Namun, konsumsi CPO domestik berpeluang naik berkat mandatory penggunaan campuran biodiesel dengan bahan bakar minyak hingga 3,3 juta ton. Selama ini penyerapan CPO domestik per tahun hanya sekitar 8 juta ton. Dengan aturan  tersebut ini, penyerapan naik menjadi 10 juta ton per tahun.

Gapki memperkirakan, hingga akhir 2014, volume ekspor kelapa sawit dan produk turunannya tidak akan jauh berbeda dengan tahun lalu sebesar 21,2 juta ton.

Lantaran permintaan turun, harga CPO pada Januari 2014 juga ikut tertekan. Menurut Fadhil, harga rata-rata CPO pada Januari 2014 berkisar US$ 865 per ton, turun 5% dari Desember 2013 sebesar US$ 909,6 per ton.

Fadhil bilang, pada Januari 2014 harga semua minyak nabati tertekan lantaran melimpahnya pasokan minyak nabati dari berbagai negara. Stok CPO Indonesia dan Malaysia juga masih tinggi lantaran peningkatan produksi di akhir tahun lalu. Beruntung, harga CPO tak terjerembab  karena ada program mandatory dari pemerintah yang membuat penyerapan CPO dalam negeri meningkat.

Pada Februari ini, Fadhil berharap harga CPO bakal membaik seiring berkurangnya stok CPO dari Malaysia dan Indonesia. Hingga pertengahan Februari, harga CPO bergerak di kisaran US$ 860 per ton - US$ 925 per ton.

Sepanjang tahun ini, kata Fadhil, rata-rata harga CPO akan ada di kisaran US$ 900 per ton-US$ 950 per ton

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×