Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Nilai ekspor Indonesia ke Korea Selatan cukup besar. Namun jumlah tersebut masih didominasi oleh bahan mentah yang berasal dari sumber daya alam (SDA). Oleh karena itu, Kementerian Perdagangan (Kemdang) mendorong agar perdagangan antara Indonesia-Korea tidak hanya berfokus pada bahan mentah.
Ari Satria, Sekretaris Jenderal Direktoral Pengembangan Ekspor Nasional Kemdag mengatakan, selama ini Korea Selatan banyak impor bahan baku dari Indonesia. Sebab Korea merupakan negara industrial yang memang membutuhkan bahan baku. Selama ini, Indonesia mengekspor migas, batubara, karet, bijih besih dan bahan mentah lainnya.
"Kami dorong jangan cuma bahan baku saja, minimal bahan baku setengah jadi," ujarnya di Jakarta, Kamis (13/7).
Sejauh ini untuk produk non SDA, Indonesia masih mengalami defisit perdagangan dengan Korea Selatan. Pasalnya tahun lalu dari ekspor SDA saja Indonesia sudah mencapai US$ 7 miliar. Sehingga secara total masih mengalami surplus perdagangan sebesar US$ 1,6 miliar.
Produk non SDA yang mendapat pasar di Korea Selatan berupa garmen, alas kaki dan komponen elektronik. Namun dirinya tak menampik, pelemahan ekonomi global beberapa tahun belakangan juga mempengaruhi nilai perdagangan kedua negara.
Dalam lima tahun terakhir nilai perdagangan Indonesia-Korea Selatan terus menyusut. Namun dengan membaiknya kondisi ekonomi dan harga komoditas dunia pada tahun ini, dirinya yakin tahun ini nilai perdagangan kedua negara akan meningkat.
Selain bakal mengekspor barang setengah jadi ke Korea, pihaknya juga meminta investor Korea untuk datang dan berinvestasi di Indonesia. Sebab, Indonesia memiliki bahan baku dan pasar yang baik. Sedangkan Korea memiliki teknologi dan industri yang baik. "Karena perdagangan dan investasi itu saling pengaruhi, jadi kami minta mereka buka pabrik di sini karena disini ada sumber daya mereka," lanjutnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News