kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45916,64   -18,87   -2.02%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Elektronika Butuh Investasi US$ 2,5 M


Rabu, 03 Juni 2009 / 09:06 WIB
Elektronika Butuh Investasi US$ 2,5 M


Sumber: KONTAN | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Departemen Perindustrian (Depperin) optimistis, target pertumbuhan penjualan industri elektronika 7% tahun ini bisa tercapai. Target pertumbuhan ini sama seperti tahun lalu. Depperin menghitung, kebutuhan investasi untuk mencapai pertumbuhan sebesar itu mencapai sekitar US$ 2,5 miliar.

Sampai lima bulan pertama 2009 ini, Depperin mencatat, beberapa rencana investasi di bidang elektronika sudah terealisasi. Misalnya PT Philips Indonesia telah berinvestasi US$ 20 juta untuk memperluas fasilitas produksi lampunya di Surabaya, Jawa Timur. Selain itu, PT Multiplastindo Utama Batavia juga telah mewujudkan investasi mereka di pabrik pembuatan lampu hemat energi (LHE) senilai US$ 1 juta di Batam. Selain itu, beberapa perusahaan elektronika lain bakal segera merealisasikan investasi mereka. Sebut saja Polytron dan Akari.

Saat ini, Depperin mencatat, jumlah produsen elektronika di Indonesia mencapai sekitar 230 perusahaan.
Menteri Perindustrian Fahmi Idris berjanji akan memberi stimulus agar target pertumbuhan industri elektronika 7% tahun ini bisa tercapai. Caranya, Depperin akan mengusulkan penurunan tarif Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) dan memperbanyak kluster industri elektronika.

Pemerintah juga akan mendorong perusahaan agar meningkatkan standardisasi produk agar makin bisa bersaing. "Selain untuk menembus pasar domestik, standar ini juga untuk menembus pasar ekspor," kata Fahmi, Selasa (2/6).

Saat ini, rata rata ekspor produk elektronika Indonesia mencapai US$ 7,1 miliar atau sekitar Rp 72 triliun per tahun. Sementara penjualan di dalam negeri di atas Rp 18 triliun per tahun. Pada 2008 saja, penjualan elektronik dalam negeri mencapai Rp 18,5 triliun. Omzet ekspor jauh lebih besar karena produk elektronika dalam negeri rata-rata memang berorientasi ekspor.

Direktur Jenderal Industri Alat Transportasi dan Telematika Budi Dharmadi mengungkapkan, meski krisis, penjualan beberapa produk elektronika masih tumbuh baik. Sebut saja, produk lampu, kipas angin, dan pemutar CD. "Ini terutama setelah adanya kebijakan pengetatan impor dan mendorong investasi juga masuk," kata Budi.

Ketua Asosiasi Perlampuan Indonesia (Aperlindo) John Manoppo mengakui, sektor lampu tumbuh cukup baik tahun ini, terutama setelah pemerintah memberlakukan kebijakan pengetatan impor awal tahun ini. Bahkan, sejak dua bulan lalu, ada investasi baru, yakni produsen LHE PT Multiplastindo Utama Batavia senilai US$ 1 juta di Batam. Sebanyak 90% produk LHE ini akan diekspor. "Perusahaan yang sebenarnya bergelut di industri plastik ini tertarik membuat LHE karena lampu dari China berkurang," jelas John.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×