Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten migas yang tergabung dalam Grup Bakrie, PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) menargetkan peningkatan produksi minyak dan gas bumi sebesar 10%–15% pada tahun 2025 dibandingkan dengan capaian tahun sebelumnya.
Untuk mendukung target ini, perusahaan menyiapkan belanja modal (capital expenditure/Capex) sekitar US$ 150 juta hingga US$ 170 juta.
Investor Relations Advisor ENRG, Herwin W. Hidayat mengatakan, strategi utama perusahaan tahun ini adalah menggenjot produksi dari aset-aset yang telah dimiliki, termasuk yang baru diakuisisi pada 2024 lalu, seperti Blok Sengkang, Siak, dan Kampar.
“Kami akan terus meningkatkan produksi dari aset-aset yang sudah ada, termasuk Bentu dan Malacca yang merupakan blok utama kami," kata Herwin kepada Kontan, Kamis (10/4).
Baca Juga: Tahun 2024, Laba Bersih Energi Mega Persada (ENRG) Melonjak 10%
Selain itu, lanjut Herwin, kegiatan eksplorasi dan pengembangan juga kami lanjutkan di Blok Gebang, dengan target mulai berproduksi pada semester kedua tahun 2026. Lebih lanjut, ENRG juga terus membuka peluang akuisisi terhadap aset migas baru yang sudah berproduksi, sebagai bagian dari strategi ekspansi anorganik perusahaan.
Adapun, rencana belanja modal tahun ini akan dialokasikan untuk mendukung kegiatan operasional dan pengembangan di seluruh anak usaha perusahaan. Herwin bilang nilai capex yang direncanakan berkisar antara US$ 150 juta hingga US$ 170 juta, tergantung pada perkembangan proyek dan peluang investasi yang muncul sepanjang tahun.
Sebagai informasi tambahan, ENRG meraih kinerja keuangan positif sepanjang 2024 berjalan. Mengacu laporan keuangan yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia (BEI), penjualan neto ENRG tercatat sebesar US$ 467,43 juta pada akhir 2024. Hasil ini lebih tinggi 11,09% year on year (YoY) dibandingkan laba bersih perusahaan pada 2023 lalu yakni senilai US$ 420,78 juta.
Mayoritas penjualan neto ENRG pada 2024 lalu berasal dari segmen minyak mentah dan gas bumi sebesar US$ 441,66 juta. Setelah itu diikuti oleh segmen usaha penunjang lainnya sebesar US$ 23,62 juta dan segmen under (over) lifting dan DMO senilai US$ 2,15 juta.
Beban pokok penjualan ENRG tampak mengalami kenaikan 28,93% YoY menjadi US$ 319,36 juta pada 2024, dibandingkan sebelumnya yakni US$ 274,71 juta. Di sisi lain, beban usaha ENRG berhasil ditekan 0,29% YoY menjadi US$ 23,95 juta pada 2024, dibandingkan sebelumnya US$ 24,02 juta.
Baca Juga: Energi Mega Persada (ENRG) Raih Penjualan Neto US$ 467,43 Juta pada 2024
Dengan begitu, ENRG mampu meraih laba usaha senilai US$ 124,11 juta pada 2024, tumbuh 1,69% YoY dibandingkan laba usaha perusahaan pada tahun sebelumnya yaitu US$ 122,04 juta. ENRG pun mengantongi laba neto yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebanyak US$ 75,39 juta pada akhir 2024. Hasil ini naik 10,15% YoY dibandingkan laba neto emiten Grup Bakrie tersebut pada 2023 yakni US$ 68,44 juta.
Hingga akhir 2024, ENRG memiliki total aset sebanyak US$ 1,58 miliar atau naik 15,33% YoY dibandingkan total aset pada tahun sebelumnya yaitu US$ 1,37 miliar. Nilai aset ENRG pada 2024 lalu terdiri atas liabilitas sebesar US$ 926,12 juta dan ekuitas sebesar US$ 657,14 juta.
Sebelumnya, ENRG mendukung target Net Zero Emission pemerintah pada 2060 dan memperkuat penerapan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG). Maka itu, ENRG bersama anak usaha, PT Pema Global Energi (PGE) resmi mengumumkan rencana pengembangan proyek Carbon Capture and Storage (CCS) dan/atau Carbon Capture, Utilization and Storage (CCUS) di Lapangan Arun, Provinsi Aceh.
Lapangan Arun dinilai sebagai salah satu lokasi CCS paling potensial di Asia Tenggara dengan kapasitas penyimpanan karbon yang hampir mencapai 16 triliun kaki kubik (TCF).
Dengan sejarah produksi sejak tahun 1978 dan puncak output hingga 2.500 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD), lokasi ini memiliki infrastruktur dan kondisi geologi yang sangat mendukung bagi pengembangan teknologi dekarbonisasi berskala besar.
Sebagai langkah awal, ENRG dan PGE akan melakukan studi kelayakan komprehensif dengan membentuk tim teknis internal dan menunjuk konsultan independen berpengalaman. Studi ini ditargetkan selesai pada 2026, dan akan mengikuti seluruh peraturan terkait yang berlaku, termasuk Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 2 Tahun 2023.
Untuk memastikan kesinambungan dan keberhasilan program ini, ENRG juga akan membentuk divisi khusus Carbon Management, yang akan menangani pengembangan proyek CCS/CCUS di seluruh wilayah kerja perusahaan.
Meskipun mengembangkan inisiatif-inisiatif baru di bidang dekarbonisasi, ENRG menegaskan bahwa fokus utama perusahaan tetap berada pada sektor hulu migas (upstream) yang menjadi inti dari strategi pertumbuhan jangka panjang.
ENRG melihat CCS dan CCUS bukan hanya sebagai langkah penting dalam mendukung penurunan emisi karbon dan mengatasi perubahan iklim, tetapi juga sebagai peluang untuk menciptakan nilai tambah nyata bagi para pemegang saham.
Inisiatif ini diyakini dapat meningkatkan return jangka panjang, sejalan dengan pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News