kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.908.000   -6.000   -0,31%
  • USD/IDR 16.313   10,00   0,06%
  • IDX 7.192   51,54   0,72%
  • KOMPAS100 1.027   0,61   0,06%
  • LQ45 779   -0,14   -0,02%
  • ISSI 237   2,91   1,24%
  • IDX30 402   -0,27   -0,07%
  • IDXHIDIV20 464   1,04   0,22%
  • IDX80 116   0,22   0,19%
  • IDXV30 118   1,12   0,95%
  • IDXQ30 128   -0,16   -0,12%

Tarif Impor AS Jadi 19%, Ini Kata Bos Freeport Indonesia


Rabu, 16 Juli 2025 / 15:57 WIB
Tarif Impor AS Jadi 19%, Ini Kata Bos Freeport Indonesia
ILUSTRASI. Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas menilai penurunan tarif impor Amerika Serikat (AS) dari semula 32% menjadi 19% merupakan langkah yang baik.


Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas menilai penurunan tarif impor Amerika Serikat (AS) dari semula 32% menjadi 19% merupakan langkah yang baik.

“Gini, 19% tuh udah pasti lebih bagus dari 32%. Ya kan daripada 32% tapi kan ini masih belum final karena sebulan yang lalu 32% terus sekarang kemudian 19% Tapi mudah-mudahan bisa turun lagi gitu kan,” kata Tony saat ditemui di Kompleks DPR RI, Rabu (16/7).

Namun, Tony menegaskan soal pemberian akses yang diminta oleh pemerintah AS bukan menjadi kewenangan PTFI. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sebelumnya meminta akses penuh terhadap produk tambang unggulan Indonesia, termasuk tembaga dan mineral kritis seperti tanah jarang.

Permintaan itu disebut sebagai bagian dari kesepakatan dalam negosiasi tarif dagang dan Indonesia akan dikenakan tarif sebesar 19%, sementara produk asal AS akan mendapat akses bebas tarif ke pasar domestik.

“Kalau itu kan bukan ke kami, kepada pemerintahan. Kalau kami sebagai perusahaan ya tentu saja kita akan produksi copper kita dengan cara yang aman dan berlanjutan,” ujarnya.

Baca Juga: Bos Freeport Indonesia: Produksi Katoda Tembaga Mulai Pekan Depan

Tony menyebut, pekan depan PTFI akan mulai memproduksi katoda tembaga dari smelter baru yang berlokasi di Gresik, Jawa Timur. Target produksi tahun ini dipatok sebesar 441.000 ton.

“Katoda tembaga diproduksi di dalam negeri dan akan menjadi bahan baku bagi industri manufaktur selanjutnya. Ini mendukung ekosistem hilirisasi nasional,” jelas Tony.

Ia pun menepis kemungkinan mengekspor kembali konsentrat ke AS jika diminta oleh pemerintahan Trump.

“Orang smelternya udah jadi. Ini kan kami sebagai perusahaan ini kan kita smleternya sudah jadi, sudah beroperasi, sudah akan segera produksi katodat tembaga mulai minggu depan, emas batangan sudah diproduksi, perak batangan sudah diproduksi Ini kan akan sangat baik buat ekosistem hilirisasi,” katanya.

Terkait potensi peningkatan kapasitas produksi untuk memenuhi permintaan AS, Tony menegaskan hal tersebut tidak bisa serta-merta dilakukan.

“Di tambang kita nggak bisa, oh karena ada permintaan kita naikin kapasitas produksi. Enggak bisa seperti itu. Kan main plan-nya sudah terencana dengan baik dengan memperhatikan daya dukung lingkungan. Dengan memperhatikan faktor safety dan faktor ketersediaan lain sebagainya. Dan ini sudah direncanakan lama, enggak seperti manufacturing yang bisa. Oh lagi banyak permintaan, oke kita tingkatkan produksi,” tuturnya.

Baca Juga: Freeport Indonesia (PTFI) Menanti Perpanjangan Izin Tambang Hingga 2061

Tony juga mengungkapkan bahwa diskusi terkait tarif antara Indonesia dan AS masih berlangsung di tingkat pemerintahan.

“Bicara soal tarif antara pemerintah dan Pemerintah, kita cuman support aja. Saya dari Kadin support supaya negosiasi itu berjalan dengan lancar dan dengan tarif yang serendah mungkin,” imbuhnya.

Selanjutnya: Bos BRI: Miliki Permodalan yang Kuat BRI Siap Menjalankan Penugasan dari Pemerintah

Menarik Dibaca: Peringatan Dini Cuaca Besok di Jabodetabek 17-18 Juli, Hujan Lebat di Daerah Berikut

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×