Reporter: Revi Yohana Simanjuntak | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Usai bersih-bersih laporan keuangan lewat kuasi organisasi akhir tahun lalu, PT Eratex Djaja Tbk (ERTX) optimistis menata kinerja perusahaan tahun ini. Perusahaan tekstil ini langsung menganggarkan belanja modal sebesar US$ 1,5 juta-US$ 2 juta untuk ekspansi bisnis. Dana ini sebagian besar bakal dipakai untuk meningkatkan kapasitas produksi perusahaan yang berdiri tahun 1972.
Juliarti Pudji, Sekretaris Korporat PT Eratex Djaja Tbk, menjelaskan, pada 31 Desember 2011, melalui aksi bersih-bersih ini, Eratex berhasil menghilangkan defisit sebesar Rp 171 miliar. Maklum, selama tiga tahun berturut-turut sampai dengan tahun 2010, laporan keuangan Eratex memerah.
Nah, mulai tahun ini, Eratex optimistis mampu mendongkrak kinerja dan bisa mengubah warna merah menjadi biru di laporan keuangannya. Pasalnya, permintaan produk Eratex masih cukup besar di pasar. "Operasional kami sempat terpuruk gara-gara persoalan modal," katanya.
Catatan saja, Eratex selama ini terkenal sebagai penghasil produk celana denim. Beberapa merek luar pun menjadi langganan Eratex. Sebut saja merek GAP, Levi\'s, Esprit, Banana Republic, Timberland, Quicksilver dan lainnya.
Nah, modal usaha Eratex nantinya bakal berasal dari pinjaman dari HSBC. Sejauh ini, Eratex memang kerap mendapat fasilitas pendanaan dari bank asing ini.
Belanja modal sudah terpakai US$ 750.000 - US$ 1 juta. Rencananya, modal kerja ini bakal terkumpul pada pertengahan tahun ini.
Amerika pasar terbesar
Belanja modal ini nantinya bakal dipakai untuk menambah lini 10 lini produksi. Akhir tahun lalu, Eratex sudah punya sekitar 45 lini produksi untuk produk celana, kaos, jaket dan produk tekstil lainnya. Alhasil, setelah penambahan tersebut, Eratex bakal memiliki 55 lini produksi di akhir tahun ini.
Rencana ekspansi lainnya adalah peremajaan mesin-mesin produksi. Tujuannya jelas supaya meningkatkan kapasitas produksi.
Peremajaan mesin produksi menjadi pilihan paling masuk akal bagi Eratex menaikkan produksi. Maklum, saat ini Eratex hanya memiliki satu pabrik di Probolinggo, Jawa Timur, sementara produksinya sudah mencapai 90% kapasitas terpasang.
Juliana berharap, peremajaan mesin pabrik ini bisa mendongkrak kapasitas produksi sekitar 45%. Tahun ini, Eratex menargetkan bisa memproduksi 425.000 helai pakaian per hari atau 5 juta helai setahun. Angka itu naik 41,6% dari produksi tahun lalu yang sebesar 300.000 helai per hari atau 3,49 juta setahun.
Dari serangkaian rencana bisnis ini, Eratex berharap bisa memperoleh pendapatan sebesar Rp 409 miliar atau terdongkrak 57% dari pendapatan 2011 yang sebesar
Rp 259 miliar.
Juliana yakin bisa meraih target pendapatan ini. Hal ini berkaca dari hasil pendapatan di kuartal I tahun ini yang mencapai Rp 119 miliar.
Untuk menopang target ini, Eratex bakal memaksimalkan permintaan dari pelanggan lama sekaligus memperluas pelanggan baru. Salah satunya adalah dari Jepang yang sampai saat ini sedang dalam proses negosiasi.
Selain itu Eratex juga akan memperbesar pasar di Amerika Serikat. Ia mengklaim pelanggan Eratex sudah ada yang meningkatkan permintaan produk Eratex. Tahun lalu, pasar Amerika menyumbang 83% dari total pendapatan Eratex. Disusul pasar Eropa sebesar 7%, dan 6% ke negara yang lain. Pasar domestik hanya menyokong 4% penjualan Eratex.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News