Reporter: Leni Wandira | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menegaskan pentingnya peningkatan kualitas infrastruktur bandara di Indonesia untuk meningkatkan daya saing dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.
Erick dalam kunjungannya ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta menyampaikan bahwa proyek pengembangan bandara akan dimulai secara bertahap, dimulai dengan perbaikan Terminal 2F di Bandara Soekarno-Hatta dan Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali.
Erick menyebutkan, bandara merupakan "jendela" sebuah bangsa yang pertama kali dilihat oleh wisatawan dan pengunjung asing. Oleh karena itu, kualitas fasilitas, pelayanan, dan kenyamanan di bandara harus terus ditingkatkan untuk mendukung pariwisata dan perekonomian Indonesia.
Baca Juga: Pemerintah Sedang Siapkan Tax Amnesty Jilid III
Dalam kesempatan tersebut, Erick mengungkapkan upaya efisiensi yang diterapkan dalam proyek perbaikan Bandara Soekarno-Hatta. Sebelumnya, pembangunan Terminal 4 yang diperkirakan membutuhkan anggaran sebesar Rp 14 triliun, akhirnya ditunda setelah dilakukan kajian ulang. Berdasarkan kajian tersebut, ternyata perbaikan pada terminal yang ada dapat dilakukan dengan anggaran hanya sekitar Rp 1 triliun.
“Kalau memang belum dibutuhkan, kenapa harus bangun terminal baru dengan biaya Rp 14 triliun? Dengan hanya Rp 1 triliun, kita bisa melakukan perbaikan besar-besaran pada terminal yang ada dan meningkatkan kenyamanan serta kapasitasnya,” ujar Erick dalam keterangan resminya, Kamis (2/1).
Erick menambahkan bahwa langkah efisiensi ini tidak hanya menghemat anggaran, tetapi juga meningkatkan kapasitas Bandara Soekarno-Hatta dari 56 juta menjadi 94 juta penumpang per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa perbaikan yang tepat sasaran dapat memberikan hasil maksimal dengan biaya yang jauh lebih efisien.
“Saya sangat mengapresiasi tim PT Angkasa Pura Indonesia dan InJourney Airports yang telah bekerja keras dalam mewujudkan efisiensi ini. Di Kementerian BUMN, kami terus melakukan review terhadap proyek-proyek BUMN yang dianggap tidak efisien. Bayangkan, dari Rp 14 triliun menjadi hanya Rp 1 triliun, namun kapasitas tetap meningkat,” kata Erick.
Baca Juga: Proyek Irigasi Tahun Ini akan Menyedot Anggaran Negara Rp 12 Triliun
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News