kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,14   10,84   1.19%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ever Shine Tex tutup divisi garmen


Rabu, 24 April 2013 / 10:04 WIB
ILUSTRASI. Data domestik yang solid diproyeksikan akan menjadi faktor katalis positif untuk pergerakan rupiah pada Senin (15/11).


Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Markus Sumartomjon

JAKARTA. Kenaikan upah pekerja yang terjadi sejak awal tahun ini memaksa PT Ever Shine Tex Tbk (ESTI) memangkas para pekerja hingga 900 karyawan pada semester I-2013 ini.

Menurut Erlien Suarianto, Direktur dan Sekretaris Perusahaan Ever Shine Tex, pemutusan hubungan kerja (PHK) terpaksa dilakukan sebagai buntut kenaikan upah minimum Kabupaten Bogor, tempat pabrik Ever Shine beroperasi, yang melonjak 57,7% di 2013 ini dari Rp 1,2 juta menjadi Rp 2 juta per bulan.

Kondisi ini membuat divisi garmen dari Ever Shine tidak bisa bersaing dengan perusahaan sejenis dari wilayah lain seperti Jawa Tengah yang mematok upah minimum lebih rendah ketimbang Ever Shine. "Ini membuat biaya produksi kami naik dan sulit mendapatkan order dan bisa membahayakan keuangan perusahaan apabila tidak ada tindakan penyelamatan," katanya dalam keterbukaan informasi beberapa waktu lalu.

Imbasnya, Ever Shine merampingkan jumlah karyawan dari 1.700 karyawan menjadi 800 karyawan. Selain pemangkasan karyawan, Ever Shine juga terpaksa menutup divisi garmen sejak Februari 2013 lalu. Pasalnya, biaya pekerja divisi ini berkontribusi sekitar 35% dari total biaya produksi. Sebelum ditutup, sebagian besar produk garmen Ever Shine ditujukan untuk pasar ekspor.

Sebagai informasi, divisi garmen Ever Shine memberikan kontribusi pendapatan rata-rata sebesar 10%-11% terhadap total pendapatan Ever Shine.

Kinerja Ever Shine memang menurun. Perusahaan yang berdiri sejak 1974 ini mencatatkan pendapatan sebesar US$ 8,7 juta di 2012, merosot hampir 30% dari pendapatan 2011 yang sebesar US$ 81,2 juta.

Menurut Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat, kenaikkan upah pekerja di awal tahun memang memberatkan industri padat karya seperti tekstil dan produk tekstil (TPT). Apalagi, kenaikan beban biaya lain turut membuntuti, seperti listrik dan gas. "Perusahaan jadi harus efisien. Bila efisien energi tidak cukup, terpaksa efisiensi karyawan," katanya kepada KONTAN, Selasa (23/4).

Selain Ever Shine, Ade mencatat, beberapa perusahaan telah mengambil langkah rasionalisasi karyawan. Meski tidak menyebut nama, dua perusahaan asal Tangerang sudah memangkas 2.300 karyawan dengan alasan yang sama seperti Ever Shine.

Perusahaan garmen lain memberhentikan 1.400 pekerja dan satu perusahaan tekstil juga terpaksa memangkas 900 pekerja. Kedua perusahaan ini tengah merelokasi usaha ke wilayah yang upah pekerjanya lebih rendah, seperti Jawa Tengah dan Jawa Barat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×