Reporter: Leni Wandira | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wacana implementasi layanan internet langsung dari satelit ke perangkat seluler (non-terrestrial network device-to-device / NTN-D2D) mulai mencuri perhatian industri telekomunikasi.
Teknologi ini dinilai berpotensi memperluas jangkauan layanan data tanpa membebani pembangunan infrastruktur darat, namun operator menilai masih banyak aspek teknis dan regulasi yang harus dipetakan sebelum masuk tahap komersialisasi.
Head External Communications PT XLSmart Telecom Sejahtera Tbk (EXCL) Henry Wijayanto mengatakan, perusahaan memandang perkembangan teknologi komunikasi satelit sebagai peluang untuk meningkatkan akses layanan digital, tetapi belum mengambil sikap final.
Baca Juga: Begini upaya XL Smart Telecom Perkuat layanan fiber XL Satu
“Kami masih mempelajari dan mengkaji hal tersebut. Namun pada prinsipnya, kami senantiasa terbuka untuk menjajaki kemungkinan implementasi teknologi baru guna mendukung kemudahan akses layanan internet bagi masyarakat,” ujar Henry kepada Kontan, Kamis (23/10/2025).
Integrasi jaringan seluler dengan sistem komunikasi satelit dinilai bukan sekadar penambahan kanal teknologi. Industri menilai diperlukan standardisasi perangkat, alokasi spektrum, serta penyesuaian arsitektur jaringan agar layanan dapat berjalan mulus dan memenuhi standar kualitas operator.
Di sisi regulasi, pemanfaatan orbit dan spektrum satelit untuk layanan langsung ke perangkat seluler juga akan melibatkan koordinasi lintas negara dan penyiapan kerangka aturan yang menyeimbangkan peran operator, penyedia teknologi satelit, dan pemerintah.
Henry menekankan perlunya kesiapan ekosistem agar implementasi teknologi baru tidak menimbulkan distorsi pasar.
Baca Juga: Era Digital Semakin Meluas, Tata Kelola Internet Harus Jadi Perhatian
“Selain itu, tentunya juga penting mempertimbangkan aspek keberlanjutan industri telekomunikasi dan menjaga persaingan usaha yang sehat antar pelaku industri, demi memastikan ekosistem yang stabil dan memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat,” jelasnya.
Model pembiayaan dan skema kemitraan menjadi isu krusial. Operator dinilai tidak mungkin menanggung investasi secara tunggal mengingat kebutuhan integrasi satelit—baik dari sisi infrastruktur, perangkat pelanggan, hingga interoperabilitas jaringan—memerlukan pendanaan besar dan pembagian risiko yang jelas.
Meski begitu, XL Axiata memberikan sinyal terbuka jika terdapat model bisnis yang sehat dan berkelanjutan.
"Pada prinsipnya, kami senantiasa terbuka untuk menjajaki kemungkinan implementasi teknologi baru,” tegas Henry.
XL belum mengungkap potensi partisipasi dalam pilot project atau kerja sama satelit-ke-ponsel, namun memastikan kajian internal terus berjalan seiring perkembangan industri. "Selebihnya, kami belum dapat menyampaikan,” pungkas Henry.
Baca Juga: Penetrasi Internet Tembus 80,66%, Industri Fixed Broadband Optimistis Melaju
Selanjutnya: Rupiah Ditutup Melemah Terhadap Dolar AS, Cermati Proyeksinya untuk Jumat (24/10)
Menarik Dibaca: 8 Rahasia Desainer Membuat Kamar Tidur Kecil Terasa Mewah dan Lapang
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News