Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan batubara PT Exploitasi Energi Indonesia Tbk (CNKO) mulai membidik pasar ekspor pada tahun ini. Rencana tersebut dipengaruhi oleh kebijakan pasokan batubara dalam negeri atau domestic market obligation (DMO) ke PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan harga batubara DMO sebesar US$ 70 per ton.
Selama ini, emiten berkode saham CNKO di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini menyuplai mayoritas batubara ke PLN. Dengan adanya patokan harga batubara DMO, potensi keuntungan perusahaan ini sangat rendah, terutama ketika harga batubara di pasaran sedang bullish dan melampaui harga patokan DMO.
Manajemen CNKO mulai menjajaki pasar ekspor sebagai langkah strategis mengurangi ketergantungan pendapatan dari PLN. "Mudah-mudahan dapat tahun ini,” ungkap Wim Adrian, Sekretaris Perusahaan CNKO, saat ditemui seusai RUPS di Jakarta, Rabu (11/7).
Sampai saat ini CNKO sudah melaksanakan kontrak suplai batubara dengan PLN sebanyak 40 juta ton, dalam kurun waktu 32 tahun. Ini berarti, kata Wim, dalam setahun Exploitasi Energi telah memasok sebanyak 4,4 juta ton batubara ke sejumlah PLTU milik PLN.
Selama ini, CNKO mengandalkan penjualan batubara kepada PLN. Pada tahun lalu, misalnya, sebesar 86% total penjualan batubara CNKO menyasar PLN. Selanjutnya 11% penjualan berasal dari PT Indonesia Power, yang merupakan anak usaha PLN.
CNKO merupakan perusahaan trading batubara, alias tidak berproduksi secara mandiri. Sampai kini Exploitasi Energi medapatkan batubara dari perusahaan pertambangan besar seperti PT Borneo Lumbung Energi, anak usaha Grup Sinarmas.
CNKO belum akan terjun ke bisnis pembangkit lagi. Sebelumnya, CNKO pernah berencana membangun PLTU dengan kapasitas 2x1.000 MW, tetapi gagal. "Jika misalnya memang ada peluang untuk itu lagi, kenapa tidak, tapi fokus kami adalah suplai. Dan ke depan kami harus mencari pasar ekspor,” tandas dia.
Wim belum bisa membeberkan pendapatan maupun penjualan, termasuk target bisnis di tahun ini. Berdasarkan laporan keuangan, pada tahun lalu Exploitasi Energi mencatatkan pendapatan usaha sebesar Rp 1,54 triliun. Jumlah ini menyusut 30,63% dibandingkan tahun sebelumnya. "Kira-kira tahun ini pendapatan bisa sama dengan tahun lalu Rp 1,5 triliun," kata Wim.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News