kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.959.000   13.000   0,67%
  • USD/IDR 16.390   -28,00   -0,17%
  • IDX 7.537   71,97   0,96%
  • KOMPAS100 1.064   14,76   1,41%
  • LQ45 799   11,65   1,48%
  • ISSI 255   1,27   0,50%
  • IDX30 417   4,85   1,18%
  • IDXHIDIV20 475   4,36   0,93%
  • IDX80 120   1,68   1,42%
  • IDXV30 124   1,21   0,99%
  • IDXQ30 133   1,67   1,27%

Fenomena Rojali dan Rohana Marak, Benarkah Ini Sinyal Kemiskinan semakin Meningkat?


Senin, 04 Agustus 2025 / 04:12 WIB
Fenomena Rojali dan Rohana Marak, Benarkah Ini Sinyal Kemiskinan semakin Meningkat?
ILUSTRASI. Belakangan ini, media sosial diramaikan oleh pembicaraan soal perilaku pengunjung mal yang disebut rojali dan rohana.


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Apakah fenomena ini sinyal kemiskinan semakin meningkat?

Deputi Bidang Statistik Sosial Badan Pusat Statistik (BPS), Ateng Hartono berpendapat bahwa fenomena rojali adalah sinyal sosial penting yang harus diperhatikan dan tidak melulu karena kemiskinan.

Fenomena rojali tidak hanya disebabkan oleh euforia pasca-pandemi, tetapi juga terkait dengan kondisi ekonomi yang sedang sulit. 

"Fenomena Rojali memang belum tentu mencerminkan tentang kemiskinan. Tetapi tentunya ini relevan juga sebagai gejala sosial," kata Ateng.

Menurut Ateng, hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2025 menunjukkan bahwa kelompok pengeluaran atas cenderung menahan konsumsi. 

Meskipun ini tidak langsung terkait dengan angka kemiskinan, kelompok masyarakat dengan daya beli lebih rendah mulai memilih untuk mengutamakan kebutuhan dasar. 

"Ada shifting prioritas masyarakat di wilayah perkotaan," ungkap Ateng.

Apa solusi dari fenomena ini?

Untuk mengatasi dampak dari fenomena rojali, pemerintah dan pelaku ritel berupaya mendorong kembali konsumsi masyarakat. 

Ketua Umum Apindo, Shinta W Kamdani, berpendapat bahwa program insentif seperti diskon besar dapat membantu memicu daya beli. 

"Kami pikir konsep itu lebih baik dibandingkan kosong sama sekali, nah sekarang bagaimana pemerintah bisa membantu boost untuk insentif daya beli dan demand ini. Ini yang mungkin dibantu dengan diskon-diskon dan lain-lain," kata Shinta, dikutip dari Kompas.com, Rabu (30/7/2025). 

Baca Juga: Antara Deal Tarif Donald Trump Sampai Fenomena Rojali dan Rohana

Dengan adanya Hari Belanja Nasional dan berbagai program diskon lainnya, diharapkan pengunjung bisa kembali berbelanja di mal. Pemerintah juga turut mendorong industri kecil dan menengah (IKM) untuk beradaptasi dengan tren online. 

Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian, Reni Yanita menyatakan bahwa itu merupakan upaya mendorong konsumsi.   

"Kalau bahasa kita sih, mencekokin lah, mencekokin masyarakat," terang Reni. 

Pendapat itu merujuk pada upaya mendorong konsumsi melalui platform daring seperti TikTok Shop dan Shopee.

Apa dampak jangka panjang fenomena ini?

Ajib Hamdani optimis fenomena rojali dan rohana akan bertransformasi menjadi robeli (rombongan beli) ketika daya beli masyarakat mulai pulih. 

"Saya pikir rojali-rohana ini nanti akan dengan sendirinya mulai hilang, dan (masyarakat) mulai berbelanja," ujarnya. 

Namun, perubahan ini diperkirakan membutuhkan waktu, dan pemulihan ekonomi secara keseluruhan akan menjadi kunci. Fenomena ini menunjukkan pentingnya menjaga stabilitas ekonomi, terutama daya beli masyarakat. 

Tonton: Daya Beli Lesu, Pusat Belanja Ramai Diserbu Rojali dan Rohani

Jika pemerintah dan sektor ritel dapat beradaptasi dengan perubahan pola konsumsi ini, maka sektor ekonomi dapat bangkit kembali. Diharapkan pengunjung mal bisa berbelanja lebih aktif, bukan hanya sekadar jalan-jalan atau makan. 

(Sumber: Kompas.com/Dian Erika Nugraheny, Dian Erika Nugrahenny, Lidia Pratama Febrian, Agustinus Rangga Respati | Editor: Sakina Rakhma Diah Setiawan, Erlangga Djumena, Ambaranie Nadia Kemala Movanita)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Marak Fenomena "Rojali" dan "Rohana", Bantuan Pemerintah Jadi Solusi?"

Selanjutnya: IHSG Rawan Terkoreksi pada Senin (4/8/2025), Intip Rekomendasi Saham Berikut Ini

Menarik Dibaca: Cara Menurunkan Asam Urat pada Lansia, Lebih Aman dan Mudah dilakukan di Rumah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×