kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Film indie berpotensi meraup cuan tinggi


Senin, 11 September 2017 / 23:26 WIB
Film indie berpotensi meraup cuan tinggi


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Dessy Rosalina

KONTAN.CO.ID -  Sutradara Yosep Anggi Noen tidak sepakat dengan sebutan film indie di Indonesia. Menurut Anggi istilah film indie muncul sebagai perlawanan arus besar yang ada di Hollywood. Anggi pun tidak sepakat dengan film lokal, Anggi lebih memilih karya anak bangsa dengan istilah “film di luar arus utama’.

“Berbicara potensi, film di luar arus utama ini bisa memberikan nuansa yang segar kepada kualitas perfilman di Indonesia. Sebut saja film dengan judul ‘Marlina: The Murderer in Four Acts’ baru saja mendapatkan deal untuk dijual di 18 negara plus Amerika dan Canada. Begitupun film The Seen and Unseen dalam minggu ini juga akan ditayangkan dalam seleksi kompetensi di Toronto International Film Festival,” ungkap Anggi kepada KONTAN pada Senin (11/9).

Anggi melihat tren film di luar arus utama di Indonesia saat ini semakin signifikan. Film-film ini mampu juga mendapatkan penonton. Anggi memberikan contoh film dengan judul ‘Ziarah’ yang dibuat dengan cerita sederhana dan tutur dan pengalaman sinematik yang istimewa mampu mengumpulkan lebih dari 30.000 penonton.

“Kalau hitung-hitungannya bisnis, saya rasa ini bisa balik modal. Saya membuat ‘Istirahatlah Kata-kata’ dengan 53.000 penonton, sebuah film yang tidak menggunakan aktor bintang, lebih banyak berbahasa Jawa, dengan isu sosial politik yang kental, mampu mengumpulkan penonton sebanyak itu. Artinya ini punya potensi pasar” kata Anggi.

Anggi pun melihat potensi ini sebagai tantangan bagi eksibitor dalam hal ini bioskop untuk melihat potensi film-film di luar arus utama. Anggi pun sadar, hal ini tidak akan langsung membalikan suasana menjadikan film tersebut punya 7 juta penonton. Namun semakin hari, film di luar arus utama semakin signifikan dan perlu diperhatikan.

Selain itu, Anggi juga menjelaskan bahwa terdapat berbagai festival film yang digelar. “Ada ragam festival yang mampu menyediakan ruang bagi penghubung antara film dengan industri film internasional. Selain itu ada juga festival dengan tujuan merayakan film sebagai sebuah karya seni. Namun festival dapat digunakan sebagai media memperkenalkan Indonesia secara komprehensif kepada luar sana,” papar Anggi.

Berbicara anggaran, Anggi tidak setuju bahwa film di luar arus utama membutuhkan dana yang minim. Anggi bilang tidak bisa mengeneralisasikan film di luar arus utama pasti dibuat dengan murah. Anggi melanjutkan setiap film memiliki riwayat proses, kepantasan dan beban sendiri.

Anggi sendiri pada produksi “Istirahatlah Kata-kata” banyak mendapat sokongan berupa peralatan dan lokasi. Saat ini Anggi tengah menyiapkan film ‘The Science of Fictions” yang akan syuting pada akhir tahun 2017. Film ini berceritakan pendaratan palsu manusia di bulan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×