Reporter: Filemon Agung | Editor: Handoyo .
"Untuk Cirata kedalaman cukup dalam dan lereng relatif curam. Ini jadi tantangan (ciptakan) desain PLTS apung yang aman, andal dan bertahan 25 tahun," kata Dimas.
Dimas melanjutkan, sesuai ketentuan yang berlaku pihaknya bakal memenuhi komitmen Tingkat Komponen Dalam Negeri (TDKN) sebesar 40% baik untuk solar panel dan floater.
Sementara itu, Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Direktorat Jenderal EBTKE Kementerian ESDM Chrisnawan Anditya mengungkapkan pengembangan EBT ke depannya memang bertumpu pada PLTS.
Nantinya bakal ada tiga model pengembangan PLTS yang didorong yakni PLTS ground, PLTS atap dan PLTS terapung. Khusus untuk PLTS terapung, Kementerian ESDM mencatat potensinya mencapai 28 GW tersebar di 375 lokasi. "Yang tipikalnya sama dengan PLTS Terapung Cirata maka potensinya ada 12 GW," kata Chrisnawan.
Demi memastikan potensi yang ada bisa dioptimalkan, Chrisnawan bilang pihaknya telah melakukan kordinasi dengan kementerian PUPR. Nantinya batasan maksimum luasan yang bisa digunakan untuk PLTS terapung di waduk maupun bendungan bisa ditingkatkan. Asal tahu saja, berdasarkan ketentuan yang ada saat ini maka besaran maksimum luasan area yang bisa dimanfaatkan untuk PLTS terapung hanya sebesar 5%.
Dikonfirmasi terpisah, Direktur Jenderal EBTKE Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengungkapkan hingga semester I 2021 total kapasitas terpasang PLTS mencapai 166,6 MW. "PLTS atap 34,38 MW, PLTS 132,22 MW dan saat ini belum ada PLTS terapung yang beroperasi," kata Dadan kepada Kontan, Selasa (3/8).
Kementerian ESDM menargetkan tambahan kapasitas EBT tahun ini sebesar 980 MW dimana yang telah COD sejauh ini sebanyak 215,04 MW dan sebesar 12,98 MW berasal dari PLTS. Selain itu realisasi investasi PLTS di tahun ini telah mencapai US$ 14,77 juta.
Selanjutnya: Pengembangan PLTS dihadapkan berbagai tantangan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News