Reporter: Mona Tobing | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Harga susu dunia kembali menurun. Sejak awal Januari hingga Agustus, harga susu dunia terus merosot. Namun, kondisi ini tak lantas menggerakkan harga susu kemasan di dalam negeri.
International Dairy Product Prices mencatat, pada bulan Januari, harga susu mencapai US$ 5.125 per metrik ton. Namun di tengah tahun, harganya malah anjlok ke posisi US$ 4.500 per metrik ton, dan akhirnya di Agustus kembali melorot menjadi US$ 3.387 per metrik ton.
Namun hal itu tak menggoyahkan harga susu bubuk di pasar. Pantauan KONTAN di sejumlah minimarket, harga susu bubuk 400 gram, seperti Frisian Flag Full Cream dibanderol Rp 38.725, Dancow Full Cream seharga Rp 38.675, Indomilk Full Cream seharga Rp 33.350, Anlene Total Plain seharga Rp 83.825. Harga ini sama dengan awal tahun lalu.
President Director Fonterra Brands Indonesia Paul Richards menegaskan, pihaknya belum berencana mengubah harga jual produk dalam waktu dekat. "Kami tetap fokus pada produksi susu. Apalagi saat ini Fonterra telah memulai pembangunan pabrik yang pertama untuk blending dan packing di Cikarang, Jawa Barat," ujarnya kepada KONTAN, Selasa (16/9).
Fonterra Brands Indonesia sudah dikenal dengan merek dagang susu Anlene, Anmum, dan Anchor Boneeto. Perusahaan itu optimistis dengan pertumbuhan konsumsi susu masyarakat Indonesia yang diperkirakan selalu tumbuh di kisaran 5% per tahun hingga tahun 2020.
Walaupun tak berpengaruh pada harga susu kemasan, tren harga susu turun itu malah dikhawatirkan dapat menurunkan populasi sapi. Ketua Dewan Persusuan Nasional Teguh Boediyana menyebutkan, tingginya harga daging sapi bakal membuat peternak sapi perah iri. Alhasil, peternak sapi perah bisa bermigrasi menjadi peternak sapi potong. "Selain harganya lebih tinggi, daging sapi lebih cepat dijual," katanya.
Jika ini terus dibiarkan, pada tahun 2020, produksi susu nasional hanya sekitar 10% dari kebutuhan nasional. Dewan Persusuan Nasional menghitung, kebutuhan susu nasional per hari mencapai 10.000 ton. Dari kebutuhan tersebut, peternak sapi lokal hanya menyumbang sekitar 1.800 ton–2.000 ton per hari. Sekitar 8.800 ton–8.000 ton lainnya harus impor.
Faktanya, selama tiga tahun terakhir, jumlah sapi perah lokal terus turun. Jika tahun 2012 jumlah sapi perah lokal mencapai 425.000 ekor, per Mei 2014, jumlahnya menyusut menjadi 375.000 ekor.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News