Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT GTS Internasional Tbk (GTSI) akan segera mengoperasikan dan menjalakan Floating Storage Regasification Unit (FSRU) Jawa Satu yang ditargetkan akan segera beroperasi di semester II 2023 mendatang.
Direktur GTSI, Dandun Widodo menjelaskan, dengan telah tercapainya commercial operation date (COD) FSRU Jawa I tentu akan meningkatkan pendapatan perusahaan di tahun ini.
Namun, pendapatan yang dirasakan GTSI dari FSRU Jawa I tidak terlalu signifikan lantaran kepemilikan perusahaan jasa logistik gas alam ini hanya 25% saja.
“Di FSRU Jawa I kepemilikan GTSI haya 25% kalo bicara laporan keuangan pemasukannya tidak akan mendorong langsung revenue kami karena tidak dikonsolidasi ke GTSI sehingga akan lebih nambahnya ke bottom line,” jelasnya dalam acara Media Gathering & Analyst Meeting di Gran Melia, Jumat (12/5).
Melansir catatan Kontan.co.id sebelumnya, FSRU Jawa Satu sejak awal didesain untuk menaikkan kargo LNG ke kapal yang lebih kecil sesuai permintaan PLN agar ke depan FSRU ini menjadi hub LNG.
Oleh karenanya, utilisasi LNG selain pasok ke pembangkit Jawa Satu Power, juga bisa memasok ke pembangkit kecil di seputar Sulawesi, Kalimantan bagian selatan dan bagian barat, bahkan hingga ke Bali serta Lombok.
GTS Internasional mendapat kepercayaan dari berbagai pihak termasuk pemegang dalam mengoperasikan dan menjalankan FSRU Jawa Satu dan LNGC Triputra.
Di sepanjang tahun ini, Dandun memproyeksikan kinerja GTSI akan sedikit lebih rendah dibandingkan 2022 lantaran adanya dua kapal yakni Kapal Ekaputera dan Triputra yang harus melakukan dry docking (perawatan/perbaikan) sehingga akan terjadi lepas sewa (off hire).
“Biasanya dry docking ini boleh mundur (ditunda) tetapi GTSI menempatkan faktor keselamatan prioritas nomor satu. Jadi pada Juli kapal Triputra dan September kapal Ekaputra harus masuk ke Yard 1 bulan lamanya, pada saat yang sama kami tidak menerima costumer jadi tidak ada revenue,” jelasnya.
Pada Annual Report tertulis, pendapatan 2023 diproyeksikan sebesar US$ 25,91 juta atau lebih rendah 37% dibandingkan pendapatan yang diraih pada 2022 sebesar US$ 41,22 juta.
Begitu juga dengan laba di tahun ini yang ditargetkan mencapai US$ 3,86 juta atau lebih rendah 67% dibandingkan realisasi 2022 sebesar US$ 11,73 juta.
Di sepanjang tahun ini GTSI menyiapkan belanja modal senilai US$ 19,75 juta dengan perincian US$ 12,5 juta untuk pembelian kapal LNG, US$ 4 juta kebutuhan dry docking, US$ 550.000 untuk mobilisasi, US$ 300.000 untuk PPH 22 (2,5%), US$ 1,2 juta untuk bea masuk 5%, dan US$ 1,2 juta untuk PPN Impor.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News