kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Gaikindo menilai pasar kendaraan berbasis elektrifikasi tumbuh secara bertahap


Rabu, 08 Desember 2021 / 23:40 WIB
Gaikindo menilai pasar kendaraan berbasis elektrifikasi tumbuh secara bertahap
ILUSTRASI. Petugas stan melakukan pengisian ulang mobil listrik di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) milik PLN


Reporter: Dimas Andi | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menilai, pasar kendaraan berbasis teknologi elektrifikasi di Indonesia tumbuh secara bertahap.

Sekretaris Jenderal Gaikindo Kukuh Kumara menyampaikan, industri otomotif global, termasuk Indonesia, sedang berada dalam tren yang menuju green mobility atau pemanfaatan kendaraan dengan bahan bakar yang terbarukan.

“Ini semua mengarah pada upaya mencapai net zero carbon yang sudah menjadi target dari pemerintah,” imbuh dia, Rabu (8/12).

Untuk mencapai cita-cita tersebut, memang tidak mudah. Terlebih lagi, mayoritas mobil di Indonesia masih didominasi oleh mobil berbahan bakar fosil.

Baca Juga: Soal mobil listrik, ini kata Honda Prospect Motor

Akan tetapi, seiring kemajuan teknologi otomotif dan teknologi bahan bakar, kini sudah mulai banyak mobil yang menggunakan bensin dengan kualitas EURO 4 yang lebih ramah lingkungan.

 Pasar kendaraan listrik di Indonesia pun sudah mulai tumbuh, namun belum signifikan. Beberapa Agen Pemegang Merek (APM) memang sudah mulai menjual mobil hybrid maupun mobil listrik.

Hanya saja, volume penjualannya belum sebanyak mobil konvensional yang menggunakan bahan bakar fosil.  “Volumenya belum banyak. Jarang ada yang mencapai 1.000 unit per tahun,” kata Kukuh.

 Menurutnya, hal ini cukup dipengaruhi oleh teknologi mobil hybrid dan listrik yang tergolong lebih canggih ketimbang mobil konvensional. Semakin canggih teknologinya, otomatis harga jual mobil yang bersangkutan akan lebih mahal sehingga belum tentu terjangkau oleh sebagian konsumen.

Baca Juga: Mobil hybrid masih mendominasi segmen kendaraan elektrifikasi Toyota

Ditambah lagi, Indonesia masih dalam tahap awal pengembangan infrastruktur kendaraan berbasis listrik seperti Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU). Jumlah SPKLU yang beredar pun saat ini belum banyak atau merata di berbagai kota.

“Sebuah produk tidak bisa berdiri sendiri. Kalau tidak ada pembelinya, harganya pasti mahal. Makanya, industri kendaraan listrik ini tumbuhnya bertahap, tidak bisa langsung melesat,” ungkap dia.

Terlepas dari itu, Kukuh yakin seiring dengan berjalannya waktu dan tuntutan pemenuhan target net zero carbon, maka akan semakin banyak APM yang menjual mobil hybrid atau mobil listrik. Jumlah konsumen pun kelak bakal meningkat di masa mendatang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×