kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.333.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gairah Ekspansi Industri Bioskop Kembali Meningkat


Minggu, 14 Mei 2023 / 23:00 WIB
Gairah Ekspansi Industri Bioskop Kembali Meningkat
ILUSTRASI. Pengunjung menerapkan protokol kesehatan (prokes) saat akan menonton film layar lebar di bioskop CGV 23 Paskal, Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (16/9/2021). Tribun Jabar/Gani Kurniawan


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Roda industri bioskop kembali berputar. Semangat untuk melakukan investasi di industri yang mempertontonkan adu akting ini kembali bermunculan setelah sebelumnya dihajar pagebluk Covid-19 beberapa tahun lalu. Menariknya, apetite ini tidak hanya datang dari pemain lama.

Tahun ini, Ketua Gabungan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI) Djonny Syafruddin mengaku sudah dihubungi oleh sebanyak 3 perusahaan yang berencana terjun ke industri ini dan membangun bioskop.

“Ada 3 yang hubungi saya, tinggal realisasinya gimana nanti,” ujarnya kepada Kontan..co.id, Minggu (14/5).

Di lain pihak, pemain lama juga seakan tidak mau ketinggalan. Menurut Djonny, pemain-pemain lama juga berniat melakukan ekspansi penambahan layar ataupun bioskop. Rencana tersebut terutama dijumpai pada pemain-pemain bisnis bioskop independen yang tidak tergabung dalam jaringan bioskop the big three alias Cinema XXI, CGV Indonesia (PT Graha Layar Prima Tbk), dan Cinepolis Cinemas (Cinemaxx Global Pacific).

Baca Juga: Status Pandemi Dicabut, Industri Film Menggeliat

Barangkali, gairah untuk memutar investasi di industri bioskop tidak datang ujug-ujug. Djonny mencatat, rata-rata tingkat keterisian bioskop telah meningkat dari semula hanya berkisar 10%-15% saja dari total kapasitas di awal pandemi menjadi sekitar 25%-30% di 2022. 

Berdasarkan optimisme Djonny, rata-rata tingkat keterisian bioskop di tahun 2023 berpeluang naik ke level 40%-50% dari kapasitas. Sebagai pembanding, rata-rata tingkat keterisian bioskop sebelum pandemi Covid-19 bisa mencapai 60%.

“Kalau di (awal) pandemi itu (tingkat keterisian) sampai 10-15%. 20% paling tinggi. Idealnya memang 40%-50%. Dengan begitu dia bisa bangkit pelan-pelan naik ke atas lagi,” ujar Djonny.

Dihubungi terpisah,Head of Corporate Communications & Brand Management Cinema XXI,  Dewinta Hutagaol mengatakan, Cinema XXI berkomitmen untuk memberikan akses seluas-luasnya bagi masyarakat untuk menonton film-film favorit mereka, termasuk dengan membuka bioskop di daerah-daerah yang potensial.

Harapan Cinema XXI, kebangkitan industri bioskop bisa kembali bahkan menjadi lebih baik di tahun 2023 ini.

“Sepanjang tahun 2022, antusiasme masyarakat untuk kembali menonton film di bioskop sudah berangsur-angsur pulih. Berdasarkan data filmindonesia.or.id, sepanjang tahun 2022, jumlah penonton film nasional yang rilis di tahun berjalan adalah sebanyak 56,9 juta,” kata Dewinta kepada Kontan.co.id (14/5).

Belum ketahuan ada atau tidaknya agenda ekspansi pada 2 pemain besar lainnya, yakni  PT Cinemaxx Global Pacific dan  PT Graha Layar Prima Tbk (BLTZ) alias CGV Indonesia.

Brand Marketing & GX Manager Cinemaxx Global Pacific, Indriana Listia Rahmawati, mengaku belum bisa memberi informasi tersebut lantaran bersifat confidential. Kendati demikian, ia memastikan bahwa kinerja bottom line perusahaan dalam kondisi positif baik di tahun lalu maupun di kuartal pertama tahun 2023 ini.

“Perusahaan kami menghasilkan profit dan EBITDA positif yang berkelanjutan,” ujarnya saat dihubungi Kontan.co.id (14/5).

Baca Juga: Hippindo Sebut Penjualan Ritel Meningkat 30% pada Momentum Libur Lebaran

Lain halnya dengan situasi keuangan Cinemaxx Global Pacific yang disampaikan oleh pihak manajemen, BLTZ masih merugi di tiga bulan pertama 2023. Hanya saja, jumlah kerugiannya menyusut dibanding periode sama tahun 2022 lalu.

Laporan keuangan interim emiten dengan kode saham BLTZ tersebut menunjukkan, BLTZ membukukan rugi yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias rugi bersih Rp 20,69 miliar di kuartal I 2023, turun 59,04% dibandingkan jumlah rugi bersih BLTZ di kuartal I 2022 yang mencapai Rp 50,53 miliar. 

Ini setelah pendapatan bersih BLTZ melesat 53,80% secara tahunan atau year-on-year (yoy) dari semula Rp 133,84 miliar di kuartal I 2022 menjadi Rp 205,86 miliar di kuartal I 2023.

BLTZ optimistis perilisan film-film yang dinanti di kuartal II 2023 bisa meningkatkan minat nonton masyarakat.

“Kami yakin, seiring supply film yang ditunggu-tunggu masyarakat di kuartal II dan seterusnya dapat meningkatkan minat nonton masyarakat juga pendapatan bioskop sebagai exhibitor,” ujar Public Relations BLTZ, Serdini Aminda kepada Kontan.co.id, Minggu (14/5).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×