Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) dan Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS) menandatangani nota kesepahaman untuk memperkuat kolaborasi dalam mendorong kemandirian ekonomi petani sawit.
Penandatanganan dilakukan oleh Ketua Umum Gapki, Eddy Martono, dan Ketua Umum SPKS, Sabarudin, di Kantor Pusat Gapki, Jakarta, Selasa (17/6).
Dalam sambutannya, Sabarudin menyampaikan apresiasi atas keterbukaan Gapki menjalin kemitraan yang bertujuan memperkuat posisi petani sawit dalam industri nasional.
Baca Juga: Gapki Sebut Kenaikan Tarif Pungutan Ekspor Sawit Berpotensi Tekan Harga TBS Petani
Ia menegaskan bahwa sekitar 40% dari total 16 juta hektare lahan sawit di Indonesia dikelola oleh petani, menunjukkan kontribusi signifikan kelompok ini terhadap industri.
SPKS, yang memiliki lebih dari 76.000 anggota di 22 kabupaten pada 11 provinsi di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi, selama ini aktif memberikan pelatihan praktik pertanian berkelanjutan, memperkuat koperasi petani, serta memfasilitasi kemitraan antara petani dan perusahaan.
Sabarudin menegaskan komitmen SPKS terhadap sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) dan program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR). Ia juga mengungkapkan sejumlah tantangan yang masih dihadapi petani, seperti ketergantungan pada tengkulak akibat lemahnya akses pasar langsung.
"Kami berharap kerja sama ini membuka jalan bagi kemitraan yang adil antara koperasi petani sawit dan perusahaan anggota Gapki, sehingga petani dapat lebih mandiri secara ekonomi dan mendapat akses terhadap rantai pasok yang lebih menguntungkan," ujarnya dalam keterangannya, Jumat (20/6).
Baca Juga: Ekspor Kelapa Sawit Turun Jadi Rp 440 triliun Sepanjang Tahun 2024
Menurutnya, nota kesepahaman ini menjadi langkah penting menuju kemitraan strategis dan berkelanjutan, yang mendukung peningkatan produktivitas dan penguatan kelembagaan petani di berbagai wilayah.
Ketua Umum Gapki, Eddy Martono, menyambut baik kesepakatan ini sebagai bagian dari komitmen industri dalam membangun sistem sawit nasional yang berkelanjutan. Ia menilai keberhasilan industri tidak bisa dilepaskan dari peran petani swadaya sebagai bagian integral dari rantai pasok.
Eddy menyatakan bahwa Gapki dan SPKS sepakat untuk saling mendukung dalam penguatan kapasitas petani, peningkatan kelembagaan koperasi, serta mendorong kemitraan yang berkeadilan dan transparan antara koperasi petani dan perusahaan.
"Kesepakatan ini adalah pijakan awal untuk mewujudkan program-program konkret yang akan membantu petani sawit lebih kuat secara kelembagaan, mandiri secara ekonomi, dan mampu menjawab tantangan global, termasuk tuntutan keberlanjutan dari pasar internasional," jelas Eddy.
Baca Juga: Dorong Pertumbuhan Ekonomi, Indonesia Perlu Perbaiki Iklim Investasi
Gapki juga menyatakan komitmennya mendukung upaya SPKS dalam memperluas sertifikasi ISPO dan program PSR, serta memperkuat koperasi sebagai fondasi kemandirian ekonomi petani.
Kerja sama ini menjadi bukti bahwa pelaku usaha dan petani dapat bersinergi secara setara dalam membangun masa depan industri kelapa sawit yang inklusif dan berkelanjutan.
Selanjutnya: Mau Buat Pembangkit Nuklir, Potensi Uranium Ditemukan Hingga 24.112 Ton di Kalimantan
Menarik Dibaca: 9 Aplikasi Penghasil Uang Terbaik di 2025 yang Layak Dicoba di Waktu Luang
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News