kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,25   -8,11   -0.87%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gapki prediksi ekspor CPO dan turunannya berpotensi turun tahun ini


Sabtu, 10 Agustus 2019 / 10:15 WIB
Gapki prediksi ekspor CPO dan turunannya berpotensi turun tahun ini
ILUSTRASI.


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mengatakan ekspor minyak sawit mulai dari crude palm oil (CPO) dan turunannya, biodiesel dan oleochemical berpotensi penurunan tahun ini meski di semester I kinerja ekspor minyak sawit tercatat tumbuh 10%.

Potensi penurunan tersebut disebabkan tekanan yang berasal dari berbagai negara tujuan ekspor Indonesia. Mulai dari adanya tekanan dari Uni Eropa terkait tuduhan subsidi untuk produk biodiesel, juga adanya penurunan ekspor ke India karena tarif bea masuk yang tak bersaing dengan Malaysia.

Baca Juga: Kebijakan B30 jadi tak jelas, sebab pemerintah malah ingin kendaraan berlistrik

Sekretaris Jenderal Gapki Kanya Lakshmi mengatakan, penurunan ekspor tersebut tak signifikan. Meski begitu Lakshmi tak meyebut berapa besar penurunan ekspornya. "Kalau hitung-hitungan saya mungkin 32 juta ton," ujarnya, Rabu (7/8).

Tahun lalu, Gapki mencatat kinerja ekspor minyak sawit Indonesia mencapai 34,71 juta ton atau meningkat dari tahun 2017 yang sebesar 32,18 juta ton.

Meski eskpor berpotensi menurun, dia berekspektasi masih ada peningkatan permintaan dari China dan tambahan permintaan dari negara-negara non tradisional yang sudah dijajaki Indonesia.

Laksmi berharap, negosiasi oleh pemerintah menjajaki peluang di pasar-pasar baru mencakup financial statement.

Baca Juga: Selama Juli, hanya CPO yang alami kenaikan transaksi di ICDX

Terkait peluasan pasar, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Musdhalifah Machmud mengatakan pemerintah terus berupaya menjajaki pasar-pasar baru sekaligus mempertahankan pasar tradisional seperti India.

"Sekarang kan kita perluasan pasar, kita juga komunikasi kembali ke India apa yang bisa kita pertukaran agar mereka impor CPO dari Indonesia lebih besar lagi," tutur Musdalifah.

Lebih lanjut Laksmi mengatakan, untuk mengkompensasi penurunan ekspor tersebut, maka meningkatkan serapan dari dalam negeri adalah langkah yang tepat. Menurutnya, bila mandatori B20 bisa dijalankan secara penuh, maka bisa menyerap CPO sebesar 6 juta ton. Bila B30 bisa dipercepat, maka akan ada tambahan serapan 3 juta ton.

Baca Juga: Menyikapi perang mata uang, analis ini sarankan investor untuk defensif

Menurut Laksmi, saat ini pun ada upaya lain untuk meningkatkan penyerapan CPO, dimana PLN yang akan menyerap CPO secara langsung. Rencananya, serapan ini akan mencapai 3 juta ton.

Menurut Laksmi, baik program B30 yang berhasil atau justru serapan PLN bisa terealisasi, setidaknya serapan CPO dari dalam negeri sudah bisa mencapai 9 juta ton.

"Jadi kekurangan-kekurangan karena ekspor itu bisa kita atasi dengan penyerapan dalam negeri, baik dalam bentuk biodiesel, alternatif inovasi baru atau cara lain yang bisa dilakukan," tutur Laksmi.

Sementara itu kinerja ekspor minyak sawit Indonesia di semester I tahun ini hanya tumbuh 10% yoy. Di Semester I, ekspor minyak sawit Indonesia mencapai 16,84 juta ton meningkat dari semester I tahun lalu yang sebesar 15,30 juta ton.

Baca Juga: Banyak tekanan, ekspor minyak sawit Indonesia berpotensi turun di tahun ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×