Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatat total produksi CPO dan CPKO hingga Maret 2021 mencapai 11,15 juta ton atau naik 1,5% dari tahun lalu yang sekitar 10,98 juta ton.
Khusus untuk Maret, produksi CPO dan CPKO mencapai 4,02 juta ton atau meningkat 18,9% dari total produksi Februari yang mencapai 3,38 juta ton.
Meskipun mengalami kenaikan, tetapi Ketua Umum Gapki Joko Supriyono mengatakan stok akhir minyak sawit justru mengalami penurunan. Pada Maret, stok akhir minyak sawit mencapai 3,2 juta ton, sementara Februari lalu sekitar 4,02 juta ton. Stok pada Maret ini juga menurun dari stok akhir 2020 yang sekitar 4,86 juta ton.
"Kalau kita lihat sisi stok, ini stoknya justru terus menurun dari akhir tahun lalu, terus menurun. Karena stok yang ketat inilah saya menduga meski produksinya masih naik tetapi stoknya masih turun, sentimen harganya masih naik," ujar Joko secara virtual, Rabu (28/4).
Baca Juga: Ekspor CPO Malaysia naik, harga CPO sempat tembus RM 4.069 per ton
Adapun, stok yang menurun tersebut akibat permintaan ekspor dan konsumsi dalam negeri mengalami peningkatan dibandingkan sebelumnya. Joko juga menyebut, kenaikan konsumsi dalam negeri hingga tahun ini secara tahunan lebih tinggi dibandingkan kenaikan produksi.
"Jadi produksi itu naik dibandingkan Februari signifikan, tetapi kalau kita bandingkan tahun lalu yoy, itu produksi itu naik 1,5%, naiknya tidak banyak kalau kita lihat konsumsi dalam negeri, sampai Maret itu naiknya 3,8%," kata Joko.
Gapki pun mencatat, konsumsi dalam negeri hingga Maret mencapai 4,72 juta ton. Menurut Joko, kenaikan ini terjadi dari untuk pangan, oleokimia hingga biodiesel.
Kenaikan konsumsi minyak sawit untuk pangan meningkat karena restoran yang mulai beroperasi, oleokimia meningkat untuk kebutuhan pandemi Covid-19 sedangkan biodiesel terus meningkat karena kelanjutan program B30.
Baca Juga: Ekspor minyak sawit sawit turun dua digit pada Januari, apa penyebabnya?
Ekspor minyak sawit hingga Maret juga mencapai 8,09 juta ton naik 5,7% dari periode sama tahun lalu yang sebesar 7,65 juta ton. Dia juga menegaskan bahwa impor terbesar adalah olahan CP dengan total ekspor hingga Maret sekitar 5,47 juta ton.
Lebih lanjut, Joko pun memproyeksi produksi minyak sawit ini masih akan menanjak pada kuartal 2 dan mencapai puncak di kuartal 3, dan akan mulai flat pada kuartal 4. "Mudah-mudahan tahun ini tidak ada cuaca ekstrem sehingga normal," kata Joko.
Sementara itu, berdasarkan data Gapki, harga rata-rata minyak sawit pada Maret 2021 adalah sebesar 1.116 per ton CIF Rotterdam, lebih tinggi 1,9% dari Februari.
Kenaikan harga disebabkan oleh banyaknya perubahan prediksi produksi oilseeds dan kenaikan produksi biodiesel dunia, ketidakpastian tanam dan produksi oilseeds menyebabkan permintaan minyak sawit meningkat karena sebagai tanaman tahunan produksinya lebih bisa terprediksi.
Selanjutnya: Tahun ini, Bank Mandiri targetkan kredit korporasi dan komersial tumbuh 4%-5%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News