Reporter: Handoyo | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) menetapkan alokasi ekspor karet bagi tiap wilayah di Indonesia. Provinsi Sumatera Selatan akan menjadi daerah pengekspor karet terbesar disusul Sumatera Utara, Jambi, dan Kalimantan Barat.
Dimulai pada 1 Oktober 2012, selama tiga bulan terakhir tahun ini, Sumatera Selatan mendapatkan alokasi ekspor karet sebanyak 206.779 ton per bulan. Sedangkan Sumatera Utara mendapatkan alokasi ekspor 51.037 ton tiap bulan, dan Jambi 30.627 ton per bulan (lihat tabel).
Daud Husni Bastari, Ketua Gapkindo mengatakan, Gapkindo konsisten dengan kesepakatan tiga negara produsen karet, yaitu Indonesia, Thailand, dan Malaysia untuk mengurangi volume ekspor karet. "Seluruh cabang sudah mendapat jatah pengurangan ekspor," katanya, Senin (1/10).
Nantinya alokasi ekspor karet yang diperbolehkan asosiasi tersebut harus dibagi kepada anggota atau eksportir di wilayah masing-masing. Untuk menyukseskan pelaksanan mekanisme pengurangan volume ekspor karet atau Agreed Export Tonnage Scheme (AETS) ini, Daud berharap, petani karet rakyat, swasta dan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) mau mengurangi siklus masa sadap.
Harga karet naik
Seperti diketahui, tiga negara produsen karet terbesar dunia, yaitu Indonesia, Thailand, dan Malaysia, yang tergabung International Tripartite Rubber Council (ITRC) sepakat untuk memangkas volume ekspor karet untuk mengerek harga karet internasional.
Pelaksanaan pengurangan ekspor karet dilatarbelakangi melimpahnya stok karet karena perlambatan ekonomi di Eropa, sehingga produksi industri manufaktur seperti ban melemah. Data ITRC mengungkapkan, stok karet dipasar internasional hingga Agustus 2012 masih 275.000 ton.
Dengan perhitungan itu, maka tiga negara sepakat untuk memangkas ekspor karet sebanyak 300.000 ton dalam enam bulan ke depan. Dari jumlah itu Indonesia mendapat jatah 117.000 ton, Thailand sebanyak 143.000 ton, dan Malaysia 40.000 ton. Formula pengurangan volume ekspor karet didasarkan pada perhitungan ekspor karet selama tiga tahun terakhir.
Pemangkasan ekspor akan dimulai pada bulan ini dan berakhir enam bulan ke depan. Sebanyak 60% pengurangan ekspor dilakukan pada tiga bulan pertama dengan perincian tiap bulan sebanyak 20%. Sedangkan 40% sisanya dibagi selama tiga bulan berikutnya dengan prosentasi masing-masing Januari dan Februari 15% dan Maret 10%.
Gapkindo berperan dalam upaya pemangkasan volume ekspor karet Indonesia karena ditunjuk sebagai National Tripartite Rubber Corporation (NTRC) Indonesia. Gapkindo akan memonitor pelaksanaan pemangkasan ekspor ini ke wilayah sentra produksi karet Indonesia.
Walau program pemangkasan volume ekspor karet baru mau berjalan, namun rencana pemangkasan ekspor telahrencana itu telah mendorong harga karet internasional. Data Bloomberg menunjukkan, harga karet mengalami kenaikan cukup signifikan dibandingkan dua bulan lalu.
Di bursa Tokyo Commodity Exchange, harga karet pengiriman Oktober 2012 pada Senin (1/10), mencapai US$ 3,27 per kg, naik 27,2% dibandingkan pertengahan Agustus lalu dikisaran US$ 2,57 per kg. Sedangkan harga karet untuk pengiriman bulan November 2012 dan Desember 2012 pada bursa yang sama berada dikisaran US$ 3,3 per kg.
Lukman Zakaria, Ketua Umum Asosiasi Petani Karet Indonesia (Apkarindo) mengaku akan mengurangi waktu sadap karet sehingga produksi berkurang. "Kita akan mengurangi sadap dari lima kali seminggu, menjadi tiga kali seminggu," katanya.
Kenaikan harga karet internasional, mendorong harga karet rakyat. Saat ini karet dengan tingkat kekeringan di bawah 50% sekitar Rp 9.000 per kg, naik 80% dibanding Agustus 2012 sebesar Rp 5.000-Rp 6.000 per kg.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News