Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China membuka peluang bagi pengusaha Indonesia untuk menyasar pasar negeri Paman Sam ini. Salah satu produk asal Indonesia yang permintaannya cukup besar di pasar AS adalah mebel dan furniture.
Dewan Penasehat Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo), Taufik Gani menyebutkan bahwa sebanyak 70% - 80% ekspor produk mebel Indonesia diserap oleh pasar Amerika.
Baca Juga: Sektor manufaktur tertekan, Integra Indocabinet (WOOD) optimistis kinerjanya kokoh
Dengan adanya perang dagang, ia mengatakan pengusaha meubel Indonesia punya kesempatan besar untuk meningkatkan kapasitas ekspornya ke pasar Amerika.
"Ada peluang untuk menggantikan produk mebel asal China. Tapi kita harus bersaing cukup ketat dengan produk dari Vietnam, terutama soal harga. Kalau kualitas, produk kita enggak kalah," jelas Taufik pada Kontan.co.id, Kamis (5/9).
Ia menjelaskan, sejak 12 tahun belakangan, Vietnam menjadi negara pesaing terkuat di sektor ini, di samping Malaysia dan Singapura. Bahkan nilai ekspor produk meubel asal Vietnam ke Amerika mencapai US$ 20 miliar per tahun, sedangkan produk asal Indonesia masih sekitar US$ 1,8 miliar per tahun.
"Vietnam bisa menawarkan produk lebih terjangkau karena mereka punya teknologi lebih canggih, sehingga produktivitasnya lebih tinggi dibanding Indonesia. Infrastrukturnya juga lebih siap," kata Taufik.
Untuk membuat produk mebel dengan harga yang lebih terjangkau, selain butuh infrastruktur yang memadai, Taufik mengatakan Indonesia juga butuh standard harga untuk bahan baku. Ia mengeluhkan para penyedia bahan baku kerap menaikkan harga seenaknya.
Baca Juga: Kawasan industri Kendal diusulkan masuk KEK, ini tanggapan KIJA
"Misal hari ini harga naik 20%, bulan depan naik lagi 20%. Bisa begitu karena tidak diatur oleh Pemerintah," jelasnya.
Selain tidak ada patokan jelas untuk bahan baku, Taufik bilang adanya pergantian beberapa peraturan juga kerap menghambat ekspor. "Peraturan sering sekali gonta-ganti, jadi kami juga harus menyesuaikan dari awal. Sebenarnya itu tidak perlu karena bisa memperlambat ekspor," katanya.
Selama ini pelaku usaha mebel dan kerajinan mengupayakan promosi yang cukup gencar lewat berbagai pameran di AS. Sejumlah pelaku usaha juga kerap memberi harga promo pada event-event tertentu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News