Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mengumumkan kerja sama dengan Zhejiang Huayou Cobalt Company Limited perusahaan pemasok kobalt asal China untuk menggarap smelter Pomalaa, Kolaka, Sulawesi Tenggara.
Pengumuman ini datang setelah Sumitomo Metal Mining Co., Ltd (SMM) perusahaan asal Jepang yang memutuskan keluar dari proyek ini beberapa hari lalu.
Vale Indonesia dan Huayou telah menandatangani Perjanjian Kerangka Kerjasama (Framework Cooperation Agreement/FCA) untuk mengembangkan fasilitas pengolahan High-Pressure Acid Leaching (HPAL).
FCA ditandatangani oleh CEO Vale Indonesia Febriany Eddy dan CFO Vale Indonesia Bernardus Irmanto, dan Xuehua Chen, Pimpinan Huayou. Penandatanganan tersebut juga disaksikan oleh Deshnee Naidoo sebagai Presiden Komisaris PT Vale yang berpartisipasi secara virtual.
Baca Juga: Begini Kabar Dua Proyek Smelter Milik Vale Indonesia (INCO)
Dalam kerja sama ini, Huayou akan membangun dan melaksanakan Proyek HPAL Pomalaa, dan PT Vale akan memiliki hak untuk mengakuisisi hingga 30% saham Proyek HPAL Pomalaa tersebut.
Adapun, proyek HPAL Pomalaa akan mengadopsi dan menerapkan proses, teknologi dan konfigurasi HPAL Huayou yang diklaim telah teruji untuk memproses bijih limonit dan bijih saprolit kadar rendah dari tambang PT Vale di Pomalaa, untuk menghasilkan Produk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) dengan potensi kapasitas produksi hingga mencapai 120.000 metrik ton nikel per tahun.
Nantinya, kedua perusahaan akan bekerja sama untuk meminimalkan jejak karbon proyek dan selanjutnya para pihak sepakat untuk tidak menggunakan pembangkit listrik tenaga batubara captive sebagai sumber listrik dalam bentuk apapun untuk pengoperasian Proyek HPAL Pomalaa.
CEO Vale Indonesia, Febriany Eddy mengatakan, INCO menghargai bahwa Huayou datang dengan agenda rendah karbon, bukan untuk menggunakan pembangkit listrik tenaga batubara.
“FCA ini merupakan bukti keselarasan komitmen keberlanjutan kami yang sangat penting bagi PT Vale. Huayou telah membuktikan rekam jejaknya dalam konstruksi dan operasi HPAL di Indonesia,” jelasnya di Jakarta, Kamis (28/4).
Febriany yakin bahwa kedua pihak dapat menjadi pelengkap yang baik satu sama lain.
Kedua pihak akan menandatangani perjanjian-perjanjian definitif tidak lebih dari jangka waktu enam bulan setelah penandatanganan FCA ini.
Lantas, beberapa konstruksi yang telah dimulai melalui kegiatan pendahuluan yang dilakukan PT Vale akan tetap berjalan bahkan dipercepat dengan adanya kesepakatan ini dengan tujuan untuk menyelesaikan pembangunan dalam periode tiga tahun.
Baca Juga: Sumitomo Mundur, Vale Indonesia (INCO) Tetap Komitmen Jalankan Proyek Smelter Pomalaa
Presiden Komisaris PT Vale, Deshnee Naidoo menyatakan, FCA ini merupakan tonggak penting yang mencerminkan komitmen jangka panjang kami untuk mengembangkan sumber daya nikel Indonesia yang berkelas dunia.
Manajemen Vale Indonesia menegaskan, pihaknya berkomitmen untuk memperluas operasi di Indonesia dan mendukung masa depan negeri yang berkelanjutan sebagai perusahaan pertambangan yang terpercaya dan bertanggung jawab, menciptakan nilai dan peluang pada masyarakat di mana kami beroperasi.
Sebagai informasi, pembangunan smelter di Pomalaa bertujuan untuk memproses bijih nikel limonite dengan menggunakan teknologi high pressure acid leaching (HPAL) yang menghasilkan produk yang dapat diolah menjadi bahan utama baterai mobil listrik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News