Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Noverius Laoli
Irfan mengungkapkan, penyesuaian jam penerbangan ini tak hanya berdampak pada jumlah penumpang, namun juga memberikan economic value bagi daerah tujuan wisata di Indonesia karena wisatawan bisa dapat membelanjakan lebih banyak lagi dananya.
Irfan mengatakan, banyak penumpang yang seharusnya bisa menumpang dengan Garuda memilih untuk naik maskapai penerbangan lain atau tidak bisa menikmati perjalanannya dengan Garuda lantaran jam penerbangan yang kurang favourable (mendukung).
"Ini yang sedang kita review schedule-nya, kita ubah tata caranya, here and there sedemikian rupa sehingga experience-nya lebih menyenangkan," kata Irfan.
Baca Juga: Jumlah penumpang turun 90%, Garuda Indonesia (GIAA) berharap peak season akhir tahun
Menurut Irfan, hal ini terjadi pada penerbangan baik tujuan ke luar negeri maupun tujuan daerah wisata di dalam negeri, sehingga tak heran penerbangan Garuda seringkali tidak mencapai kapasitas penuh (full capacity) saat berangkat atau kembali ke tujuannya.
Hal yang sama juga terjadi dengan penerbangan tujuan Lombok dan Bali yang dinilai kurang memanfaatkan waktu yang sesuai untuk waktu berlibur. Padahal kedua wilayah ini adalah tujuan liburan yang ramai di Indonesia.
"Jarang sekali wisatawan dalam negeri dengan dari Jakarta-Lombok menggunakan Garuda karena jam penerbangannya yang tidak menarik. Padahal maskapai lain bisa berangkat penuh, pulang juga penuh," paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News