Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Maskapai penerbangan PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) berencana membuka rute penerbangan baru ke beberapa negara seperti Amerika Serikat, Prancis dan India untuk penerbangan langsung. GIAA kini tengah berdiskusi dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk melakukan penerbangan langsung ke beberapa daerah tersebut dengan pola subsidi.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan, rute baru tersebut akan dibuat menjadi penerbangan langsung menuju Denpasar, Bali. Pembukaan rute penerbangan tersebut tujuannya untuk menarik masuknya wisatawan asing ke Indonesia.
Baca Juga: Jumlah penumpang menurun drastis, industri transportasi maksimalkan bisnis kargo
"Garuda diminta terbang ke kota-kota besar di dunia. Kita berencana terbang ke Amerika, berencana ke Paris, ke India, base on data siapa yang spending-nya banyak dan value position kita ke mereka adalah you fly to Denpasar directly," kata Irfan saat diskusi virtual MarkPlus Industry Roundtable, Jumat (19/6).
Menurutnya, upaya pengembangan pariwisata juga bukan hanya persoalan jumlah wisatawan, tetapi juga besarnya pengeluaran saat berada di negeri tujuan. Oleh karena itu, untuk merealisasikannya tak mungkin maskapai pelat merah dapat bersaing dengan maskapai lainnya hanya melalui hub.
"Menparekraf meminta Garuda untuk melayani penerbangan ke kota utama seperti Paris secara langsung, sehingga wisatawan langsung membelanjakan uangnya di kota tujuan tanpa perlu transit di negara lain," ujarnya.
Irfan menyebut, pihaknya telah berkomunikasi langsung dengan pemerintah dalam hal ini adalah Kementerian Pariwisata. Salah satu opsi yang dipertimbangkan adalah jadwal penerbangan tersebut bersifat Kewajiban Pelayanan Publik (Public Service Obligation/PSO).
Baca Juga: Perombakan direksi BUMN diharapkan dapat mendorong kinerja perusahaan plat merah
"Karena kalau orang Paris, Prancis menghabiskan uang US$ 10 ribu dalam liburannya di Bali kan ga ada masalah kalau Garuda rugi US$ 500 per penumpang, karena kan nett di negara ini kita dapat US$ 10.500," jelas dia.
Selain itu, GIAA juga bakal menyesuaikan kembali jadwal penerbangan ke rute-rute yang dijalankan perseroan. Pasalnya, jadwal yang telah ada saat ini dinilai kurang memperhatikan kebutuhan penumpang sehingga berdampak pada daya angkut pesawat.
Irfan mengungkapkan, penyesuaian jam penerbangan ini tak hanya berdampak pada jumlah penumpang, namun juga memberikan economic value bagi daerah tujuan wisata di Indonesia karena wisatawan bisa dapat membelanjakan lebih banyak lagi dananya.
Irfan mengatakan, banyak penumpang yang seharusnya bisa menumpang dengan Garuda memilih untuk naik maskapai penerbangan lain atau tidak bisa menikmati perjalanannya dengan Garuda lantaran jam penerbangan yang kurang favourable (mendukung).
"Ini yang sedang kita review schedule-nya, kita ubah tata caranya, here and there sedemikian rupa sehingga experience-nya lebih menyenangkan," kata Irfan.
Baca Juga: Jumlah penumpang turun 90%, Garuda Indonesia (GIAA) berharap peak season akhir tahun
Menurut Irfan, hal ini terjadi pada penerbangan baik tujuan ke luar negeri maupun tujuan daerah wisata di dalam negeri, sehingga tak heran penerbangan Garuda seringkali tidak mencapai kapasitas penuh (full capacity) saat berangkat atau kembali ke tujuannya.
Hal yang sama juga terjadi dengan penerbangan tujuan Lombok dan Bali yang dinilai kurang memanfaatkan waktu yang sesuai untuk waktu berlibur. Padahal kedua wilayah ini adalah tujuan liburan yang ramai di Indonesia.
"Jarang sekali wisatawan dalam negeri dengan dari Jakarta-Lombok menggunakan Garuda karena jam penerbangannya yang tidak menarik. Padahal maskapai lain bisa berangkat penuh, pulang juga penuh," paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News