Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Handoyo .
“Tahun ini kami optimis akan ada peningkatan untuk pendapatan dari Group seiring dengan rencana penambahan armada di tahun ini. Dari non Group, tahun ini kami menargetkan pekerjaan redelivery meningkat menjadi 35 proyek dari sebelumnya 14 proyek di tahun 2019” ungkap Tazar.
Pada tahun ini, perseroan juga akan menganggarkan belanja modal sebesar US$ 50 juta yang sebagian besarnya dialokasikan untuk ekspansi bisnis baik secara organik dan non-organik.
"Dalam waktu dekat, perseroan juga akan menambah kapasitas operasional dengan menargetkan pengoptimalan hangar di Denpasar, Surabaya, dan Pondok Cabe," ujar Tazar.
Penambahan ini untuk mengakomodasi kenaikan order di tahun ini mengingat kondisi utilitas hangar saat ini yang telah mencapai 100%.
Baca Juga: Disorot Erick Thohir, Garuda hentikan pembentukan anak cucu usaha
Di tahun 2019 GMF berhasil menduduki posisi Top 9 Global Airframe MRO yang dianugerahi oleh Aviation Week dengan survey terhadap jam kerja, dimana GMF berhasil mencapai angka 3.2 juta manhour sold. Penghargaan tersebut semakin mengukuhkan posisi GMFI sebagai pemain global di industri MRO dunia.
Pada tahun yang sama, kinerja perseroan mendapat tantangan dari turunnya jam terbang pesawat domestik, termasuk yang dialami group sendiri, Garuda dan Citilink.
Faktor financial charge juga menjadi salah satunya, dimana tantangan yang dihadapi maskapai di seluruh penjuru dunia saat ini berujung pada customer yang mengalami kesulitan bayar, yang mana hal tersebut juga berdampak bagi operasional GMFI.
Selain itu, peningkatan proporsi bisnis engine yang bersifat material intensive dan technology intensive juga berkontribusi terhadap kenaikan beban material dan subcontract.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News