Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Penyerapan produksi gas di dalam negeri masih belum maksimal. Sejumlah produksi gas pun terpaksa di ekspor karena belum mendapatkan pembeli dari dalam negeri.
Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Kementerian ESDM, pada tahun depan sebanyak 63 kargo LNG dari Bontang dan Tangguh belum terserap karena adanya kelebihan produksi gas dari dalam negeri. Sementara itu pada tahun 2018 diproyeksi terdapat 60 kargo LNG yang belum terserap.
Salah satu produksi gas yang belum terserap berasal dari Lapangan Jangkrik yang akan mulai berproduksi pada tahun depan. Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, IGN Wiratmaja Puja menyebut, sejauh ini produksi gas dari Tranche C lapangan Jangkrik belum mendapatkan pembeli. "Tranche C itu diizinkan untuk di ekspor karena tidak terserap dalam negeri, “ujar Wiratmaja pada Rabu (15/11).
Sementara itu produksi gas dari Tranche A dan Tranche B dari lapangan Jangkrik sudah dibeli oleh PT Pertamina (persero) dan PLN. Seperti diketahui sebelumnya, lapangan Jangkrik dengan operator ENI ditargetkan bisa mencapai puncak produksi hingga 450 mmscfd atau setara 3 juta per tahun.
Pertamina telah melakukan Perjanjian Jual Beli Gas (PJBG) pada pertengahan tahun lalu dengan membeli gas sebanyak 1,4 juta ton per tahun mulai dari tahun 2017 selama tujuh tahun. Total nilai transaksi tersebut mencapai US$ 4,4 miliar.
Rencana pengembangan atau plan of development (POD) untuk Lapangan Jangkrik telah disetujui pada tahun 2011. Selanjutnya pemerintah menyetujui lapangan Jangkrik North East pada Januari 2013. Total investasi kedua lapangan tersebut mencapai US$ 4 miliar. Investasi untuk Lapangan Jangkrik sebesar US$ 2,8 miliar dan Lapangan Jangkrik North East sebesar US$ 1,2 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News