Reporter: Tendi Mahadi, Petrus Dabu | Editor: Djumyati P.
JAKARTA. Pemerintah akhirnya memutuskan harga jual gas dari PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) ke industri naik 50%. Ini memaksa industri menaikkan harga produk mereka. Besar kenaikannya berbeda-beda tergantung dari besaran komponen ongkos gas terhadap total biaya.
Ketua Forum Industri Pengguna Gas Bumi Ahmad Safiun mengatakan, industri kaca dan keramik menanggung biaya gas tertinggi. Komponen gas terhadap total biaya di kedua industri ini mencapai 25%. Biaya lain, yang terbesar adalah bahan baku, kemudian biaya bank, biaya tenaga kerja, dan biaya lainnya.
Kenaikan biaya di kedua industri tersebut adalah 50% dari porsi 25% tersebut. "Jadi, ongkos energinya menjadi 37,5%," katanya. Dus, berapa kenaikan harga kaca dan keramik, tinggal menambahkan kenaikan biaya itu ke dalam total biaya, lalu membaginya dengan jumlah unit.
Di sektor makanan, kontribusi gas hanya sekitar 15%. Nah dengan kenaikan harga 50%, maka komponen biaya gas terhadap total biaya menjadi 22,25%.
Yustinus Gunawan, Kepala Unit Kaca Pengaman Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (AKLP), merasa masih kaget dengan kenaikan ini. Pasalnya, mereka tidak bisa mengubah harga gas untuk pasokan ekspor karena sudah terikat kontrak selama satu tahun. Meski harga gas naik bertahap, yaitu 35% di 1 September 2012, dan 15% di 1 April 2013, kondisi ini tetap memberatkan pengusaha, terutama hingga akhir tahun ini.
Ia berharap proporsi itu di balik: 15% di September ini, dan 35% tahun depan. "Kalau 35% naik September, itu terlalu mepet. Kalau tahun depan, kami bisa menyiapkan efisiensi," ujarnya. Lagi pula, kontrak baru dengan pembeli biasanya disiapkan Oktober hingga November. Ia bilang, saat ini kebutuhan energi memakan porsi 25% hingga 30% dari total biaya produksi. Bila harga gas cuma naik 15%, kata dia, kenaikan biaya produksi cukup bertambah 4% hingga 5%.
Sedikit berbeda, Ketua Asosiasi Industri Aneka Keramik Indonesia (Asaki) Achmad Widjaja lebih mempersoalkan pasokan gas. "Dalam 3 tahun hingga 5 tahun terakhir, pasokan tidak ada setetes pun yang tambah. Tapi di satu sisi pemerintah kawal kita dalam posisi harga," keluhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News