Reporter: Herlina KD | Editor: Herlina Kartika Dewi
JAKARTA. Harga komoditas global yang masih lesu berdampak pada kinerja PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk. Hingga akhir tahun ini, pendapatan produsen pelat baja lembaran ini diperkirakan tak akan mencapai target.
Direktur PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk. Hadi Sutjipto mengatakan, kondisi ekonomi yang lesu membuat permintaan pelat baja menurun. Akibatnya, "Realisasi penjualan kami tahun 2013 kemungkinan tidak mencapai target yang dipatok sebesar US$ 1,7 triliun," ungkapnya kepada KONTAN, Selasa (26/11).
Asal tahu saja, pada tahun 2012 lalu, perusahaan berkode saham GDST ini hanya membukukan penjualan bersih Rp 1,65 triliun, atau turun 21,05% ketimbang tahun 2011.
Hadi menambahkan, pasar ekspor yang lesu membuat perusahaan hanya mengandalkan penjualan di pasar domestik, sehingga volume penjualan menurun. Tak hanya itu, penurunan harga komoditas global juga membuat harga jual baja ikut susut.
Hingga sembilan bulan pertama tahun ini, GDST baru membukukan penjualan bersih sebesar Rp 1,06 triliun, turun 13,11% ketimbang periode yang sama tahun lalu.
Jika dibandingkan dengan target penjualan tahun ini, hingga kuartal III-2013, perusahaan baru mencapai 62,35% dari target pendapatan tahun ini.
Lantaran kinerja tahun ini tak begitu cerah, Hadi bilang, tahun depan Gunawan Dianjaya Steel belum menentukan rencana ekspansi baru. "Kami akan fokus untuk merealisasikan rencana penambahan lini produksi baru pada tahun depan," jelasnya.
Catatan saja, sejak tahun ini, perusahaan itu telah berencana untuk meningkatkan kapasitas produksi baja dengan menambah satu lini produksi baru berkapasitas satu juta ton per tahun.
Saat ini, kapasitas produksi baja GDST sebesr 480.000 ton per tahun. Nilai investasi yang dibutuhkan untuk penambahan lini produksi baru ini mencapai US$ 100 juta.
Pada April lalu, GDST telah membeli mesin produksi (plate mill equipment) dari Dangkuk Steel Mill Co.Ltd Korea Selatan senilai US$ 22,6 juta.
Lalu, pada Juli 2013, perusahaan telah melakukan perjanjian pengepakan dan pengiriman mesin produksi dengan PT Baja Menara Inti senilai US$ 3,05 juta.
Rekanan ini akan membongkar dan mengirim mesin produksi dari Korea Selatan ke pabrik perusahaan yang berlokasi di Surabaya, Jawa Timur.
Hadi bilang, mesin produksi baru ini dijadwalkan tiba di Surabaya pada Desember 2013, dan mulai dirakit pada awal 2014. "Perakitan mesin baru ini ditargetkan selesai pada tahun 2015," jelasnya.
Sayangnya, Hadi masih enggan membeberkan proyeksi pertumbuhan dan rencana bisnis perusahaan di tahun depan. "Kami baru akan membahas rencana tahun depan pada awal Desember," ujarnya memberi alasan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News