Reporter: Agung Hidayat | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Beberapa riset menyimpulkan pasar e-commerce bakal membengkak di Indonesia, data McKinsey saja memprediksi nilai pasar penjualan digital ini bakal mencapai Rp 910 triliun di 2022 nanti. Salah satu sektor yang dipandang bakal bertumbuh penjualannya di segmen e-commerce ialah produk Fast Moving Consumer Goods (FMCG).
Guna mengantisipasi trend tersebut beberapa produsen berusaha tanggap juga melihat peluang dari segmen ini. Lianne Widjaja, Presiden Direktur PT Tigaraksa Satria Tbk (TGKA) menilai bonus demografi Indonesia yang mempunyai banyak penduduk usia produktif bakal mendorong pendapatan kelas menengah.
"Komposisi itu tentunya berdampak positif kepada peningkatan daya beli masyarakat secara umum, dan peluang yang bagus juga bagi pertumbuhan penjualan produk FMCG di tahun-tahun mendatang," urainya kepada Kontan.co.id, Rabu (20/2).
Lebih lanjut Lianne memaparkan bahwa perilaku konsumen muda ini mengalami pergeseran dari offline sales ke online sales dan trend nya terus meningkat tajam tiap tahun. Untuk itu TGKA mengaku sudah mengantisipasi perubahan pola penjualan yg makin mengandalkan kemajuan teknologi tersebut.
"Secara umum, TGKA mulai menerapkan konsep Omnichannel, dimana pelanggan dapat menggunakan lebih dari satu channel penjualan seperti toko fisik, e-Commerce/internet, mobile (m-Commerce), social Commerce dan lainnya," sebut Lianne.
Selain itu, perusahaan yang dikenal dengan brand susu SGM dan educational product ini juga sedang menjajaki untuk mengembangkan sendiri platform penjualan berbasis digital ke depannya. Perseroan merasa siap dan bahkan optimis bisa ikut meraih pertumbuhan pendapatan yang signifikan ke depannya, apalagi kontribusi penjualan dari segmen e-commerce ini kata Lianne telah mencapai 18% dari total revenue di tahun 2018 kemarin.
Setali tiga uang, Orang Tua (OT) Group juga sudah menyadari potensi segmen ini. Maka dari itu, Harianus Zebua, Head of Corporate and Marketing Communication OT Group mengatakan perseroan terus mengembangkan kanal penjualan onlinenya, OT Store, di website resmi perseroan.
Disamping perusahaan makanan dan minuman (mamin) ini juga bekerjasama dengan banyak e-commerce mulai dari Blibli, Tokopedia, Shopee, Lazada, Elevania dan lainnya. "Kami punya divisi sendiri untuk mengatur (segmen e-commerce) itu," katanya kepada Kontan.co.id, Rabu (20/2).
Saat ini kontribusi segmen e-commerce bagi penjualan OT Group, menurut Harianus, masih belum terlalu signifikan. Namun seiring perkembangan zaman, kanal digital ini diakui perusahaan mempunyai efisiensi dari segi promosi dan dapat menjangkau area yang tidak terjamah pasar konvensional.
Harianus mengungkapkan, di masa mendatang perseroan tak menutup kemungkinan untuk berinvestasi secara khusus di segmen ini. "Namun saat ini masih belum, jadinya budgetnya marketing biasa," katanya.
Produsen yang terkenal dengan brand Tango Wafer ini cukup gencar mempromosikan produknya di berbagai e-commerce dan memasang strategi 'paketan' dimana didalamnya terdapat banyak jenis produk OT Group. Sekadar informasi, perseroan masih menduduki sebagai market leader produk wafer cokelat dengan penguasaan pasar sekitar 30%.
Adapun produsen FMCG seperti PT Kino Indonesia Tbk (KINO) tengah meramu beberapa strategi untuk memenangkan segmen tersebut. Harry Sanusi, Presiden Direktur KINO menyebutkan sebenarnya manajemen telah melihat trend ecommerce sejak beberapa tahun lalu.
"Sehingga kami sudah mempersiapkan langkah dengan mendirikan sebuah perusahaan yang bergerak khusus di ecommerce yaitu PT Kino Ecomm Solusindo untuk berhubungan langsung dengan semua platform ecommerce besar di Indonesia," ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (20/2).
Lini digital tersebut juga sebagai antisipasi perusahaan terhadap perubahan behaviour dari konsumen saat ini, yang menyebabkan konsumsi ritel sempat lesu di pertengahan tahun lalu. Dengan langkah tersebut, Harry berharap KINO dapat meningkatkan exposure produk-produk andalan di pasar ecommerce sehingga meningkatkan awareness konsumen.
"Dan tentu saja mempersiapkan Kino dalam menyambut era dimana ecommerce akan menjadi bagian yang sangat signifikan dari penjualan di dalam negeri," terangnya. Mengenai kontribusi penjualan e-commerce sampai akhir tahub kemarin, Harry akui masih kecil porsinya dari revenue, namun sebagai perusahaan FMCG perseroan dituntut untuk terus berinovasi.
Menurut Harry, kontribusi e-commerce masih di bawah 1% dari keseluruhan penjualan Kino Group. "Untuk tahun ini kemungkinan masih di kisaran itu karena tahun ini kami fokus untuk memperbesar pasar domestik serta pasar ekspor jadi kami mengharapkan semua segmen dan channel untuk terus tumbuh tanpa mementingkan besaran kontribusinya," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News