Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus berupaya menggenjot investasi hulu minyak dan gas (migas) yang beberapa tahun ini minim dan kurang menarik bagi para investor.
Salah satu upaya yang akan dilakukan adalah dengan memangkas perizinan. Maklum, ihwal perizinan memang acap kali menjadi kendala investor membenamkan modalnya di sektor hulu migas.
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengatakan, demi meningkatkan investasi di sektor hulu migas pihaknya sedang merumuskan langkah-langkah komprensif dan terukur, khususnya pada regulasi perizinan.
“Karena perizinan kita terlalu banyak, ada kurang lebih sekitar 300 le bih izin. Nah ini yang akan kami pangkas dan potong,” kata Bahlil di Jakarta, Rabu (11/9).
Baca Juga: Menteri ESDM dan Komisi VII Setujui RPP Kebijakan Energi Nasional
Selain memangkas perizinan, pemerintah juga akan membuka komunikasi dengan kontraktor kontrak kerja sama untuk membahas masalah yang dihadapi.
"Kami akan memberikan dukungan atau sweetner mumpuni yang dapat ditawarkan pemerintah kepada investor," ungkapnya.
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) melaporkan investasi hulu migas sebesar US$ 5,6 miliar atau Rp 90,63 triliun pada semester I-2024. Angka investasi tersebut mencapai 75% dari target yang ditetapkan oleh pemerintah sebesar US$ 7,43 miliar.
Sebelumnya, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, investasi sampai dengan semester I 2024 mencapai US$ 5,6 miliar dan diperkirakan saat akhir tahun menjadi US$ 15,7 miliar.
Dwi optimistis realisasi investasi hulu migas pada tahun ini akan lebih baik dari tahun sebelumnya lantaran akan ada peningkatan 15% investasi dari realisasi pada 2023.
SKK Migas menargetkan investasi di hulu migas mencapai US$ 16,1 miliar atau setara Rp 261,6 triliun pada 2024, tumbuh 18% dari realisasi tahun 2023.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan pernah mengatakan, iklim investasi industri hulu migas di Indonesia memang masih kurang menarik bagi investor.
Luhut menerangkan, pemerintah telah mengidentifikasi 11 isu utama yang perlu diperbaiki untuk meningkatkan daya tarik investasi atau Investment Attractiveness Index Indonesia saat ini. Masalah utama investasi di hulu migas yaitu tumpang tindihnya perizinan dan kewenangan antar kementerian dan lembaga yang berbelit.
Baca Juga: Menteri ESDM Undang Investor China Garap Proyek Energi
Selain itu, masalah seperti persetujuan izin lingkungan, peraturan terkait ruang laut dan pertanian, perpajakan migas yang kurang kondusif, hingga kurangnya dukungan dari sebagian pemerintah daerah turut menghambat investasi di hulu migas.
Riset dari lembaga independen Fraser Institute memaparkan skor Investment Attractiveness Index Indonesia hanya mencapai 45,17 pada 2023. Skor itu menempatkan Indonesia di peringkat 56 dari 86 negara. Padahal pada 2019, skor Investment Attractiveness Index Indonesia berada di level 73,09 atau berada di posisi 27 dari 76 negara saat itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News