kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gerai Giant bakal tutup semua, Aprindo: Dampak pandemi Covid-19


Senin, 31 Mei 2021 / 15:02 WIB
Gerai Giant bakal tutup semua, Aprindo: Dampak pandemi Covid-19


Reporter: Vina Elvira | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Hero Supermarket Tbk (HERO) bakal menutup seluruh gerai Giant pada Juli mendatang. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N Mandey menilai, keputusan tersebut merupakan sebuah langkah strategis yang diambil HERO untuk mengembangkan format ritel lain miliknya yang masih produktif, seperti IKEA, Guardian, dan Hero.

"Penutupan ini bagi perusahaan adalah langkah strategis, supaya beban biayanya tidak terus harus dibayar, karena biaya lebih besar dari pada pendaptan. Namun justru memajukan yang produktif, kalau gerai-gerai yang produktif itu kan berarti di wilayah itu konsumsinya pasti bagus," kata Roy saat dihubungi Kontan.co.id Jumat (28/5) lalu.

Dia berujar, penghentian operasional Giant merupakan salah satu dampak dari pandemi Covid-19 yang tidak bisa kita dihindari. Maka dari itu, langkah yang diambil HERO tentunya telah melalui berbagai pertimbangan yang matang oleh manajemen, hingga akhirnya keputusan tersebut dipilih sebagai jalan keluar memperbaiki kinerja HERO pasca pandemi Covid-19 di tahun lalu.

"Perusahaan ritel menutup toko itu bukan serta merta baru satu minggu atau satu bulan tidak performnya, tapi sudah dari enam bulan sebelumnya diperhitungkan, bahwa memang keliatannya gerai di wilayah kota ini gerai di provinsi ini kalau tidak ada perubahan maka sekian bulan akan ditutup, itu pasti oleh semua perusahaan peritel," ujar Roy.

Baca Juga: Aprindo sebut hipermarket masih miliki prospek positif untuk ke depannya

Selesainya kiprah Giant di segmen hipermarket lokal, tidak serta-merta membuat ritel modern khususnya dengan format hipermarket memiliki masa depan yang suram di Indonesia. Justru, terang Roy, gerai hipermarket masih memiliki prospek yang baik untuk ke depannya, mengingat Indonesia yang masih merupakan salah satu negara konsumsi.

"Jadi, ketika masyarakat atau negara kita masih negara yang bergantung pada konsumsi rumah tangga untuk pertumbuhan ekonomi, maka ritel pasti akan hidup," sebutnya.

Meskipun begitu, para peritel modern dengan format hipermarket juga harus pintar-pintar menjajah setiap peluang yang ada, salah satunya dengan melakukan sejumlah pembaharuan model bisnis sesuai dengan kebutuhan pasar. Seperti misalnya pengembangan channel penjualan dan juga peningkatan pelayanan kepada para konsumen secara berkelanjutan.

Roy menambahkan, faktor lain yang membuat gerai hipermarket masih berprospek di Indonesia adalah karena di format ini lah masyarakat bisa menemukan seluruh kebutuhan mereka dengan mudah. Mulai dari produk fast moving consumer good (FMCG), barang elektronik, furnitur, sandang, serta yang utama kebutuhan pokok ada di satu toko yang sama.

Namun demikian, masa depan ritel modern tetap membutuhkan dukungan penuh dari pemerintah. Ia pun meminta agar sektor ini dapat segera menjadi sektor prioritas. Sehingga gerai hipermarket bisa tetap hidup dan tidak down grade ke toko dengan skala lebih kecil seperti supermarket.

"Hipermarket tetap berprospek tapi sangat membutuhkan dukungan insentif dari pemerintah, untuk dapat terus beroperasional dalam menyediakan kebutuhan pokok dan juga kebutuhan sehari-hari," imbuh Roy.

Selanjutnya: Sejarah Giant: Raksasa ritel asal Malaysia yang tumbang di Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×