Reporter: Harry Muthahhari | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia Tbk (GMFI) menilai potensi pertumbuhan bisnis maintenance, repair, and overhaul (MRO) untuk pesawat masih besar. Hanya saja, sementara ini potensi pertumbuhan dari pasar domestik atau maskapai dalam negeri, agaknya masih melambat.
Direktur Utama GMFI Tazar Marta Kurniawan mengatakan perubahan pola bisnis industri aviasi di Indonesia akhir-akhir tidak terlalu berdampak baik bagi bisnis MRO GMFI. Sebab, kini maskapai di Indonesia lebih berfokus pada tingkat keterisian kursi dibanding beberapa tahun lalu yang berfokus pada utilisasi pesawat.
Akibatnya jam terbang rata-rata pesawat mengalami penurunan karena maskapai justru mengurangi frekuensi penerbangan di rute-rute tertentu yang sepi penumpang. "Apalagi MRO itu dihitung berdasar jam terbang," kata Tazar saat dikunjungi Kontan.co.id di kantornya pada Kamis (24/10).
Baca Juga: Dirut Garuda: Pesawat Sriwijaya Air aman untuk ditumpangi
Karenanya, memperoleh pasar dari maskapai asing menjadi penting bagi pertumbuhan pendapatan GMFI demi meminimalisir risiko yang berasal dari maskapai dalam negeri.
Tazar mengklaim, saat ini pendapatan GMFI dari maskapai asing sudah mencapai 21% dari total pendapatan. Targetnya, ke depan bakal ditingkatkan lebih dari 21% yang menurut Tazar masih kecil.
Mengintip laporan keuangan di semester I 2019, GMFI mencatat total pendapatan US$ 246,27 juta atau tumbuh dibanding periode yang sama tahun lalu US$ 223,31 juta.
Baca Juga: GMF AeroAsia (GMFI) Gelar Negosiasi dengan Anak Usaha Grup Lion Air
Saat ini, kata Tazar, pihaknya sudah melayani empat maskapai yang berasal dari Korea Selatan. Kemudian dari Vietnam terdapat dua maskapai. Adapula maskapai Indigo, maskapai asal India yang telah berkontrak untuk 34 unit pesawatnya untuk perawatan dan perbaikan di GMFI.