Reporter: Filemon Agung, Pratama Guitarra | Editor: Pratama Guitarra
Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto enggan berkometar atas hal itu, lantaran ia belum mendapatkan informasi mendalam terkait dengan pembelian lahan oleh Sinar Mas Grup. Tapi ia menegaskan, bahwa pembangunan kilang LNG darat Masela tidak boleh terganggu. “Pemerintah Pusat dan Pemerintah daerah sudah komit untuk itu,” kata dia ke Kontan.co.id, Minggu (26/7).
Dikonfirmasi terkait pembelian lahan di area pembangunan LNG darat Blok Masela itu, Managing Director Sinar Mas, Gandi Sulistiyanto membantah. “Saya sudah cek di unit kehutanan dan mining, tidak ada tanah kami di wilayah tersebut. Itu berita dari mana? Kabupaten dan Provinsi mana?” tandasnya kepada Kontan.co.id, Minggu (26/7).
Asal tahu saja, Gubernur Maluku Murad Ismail telah menyerahkan Surat Keputusan Gubernur soal penetapan lokasi pelabuhan Kilang gas alam cair Masela di Pulau Nustual Desa Lermatang, Kecamatan Tanimbar Selatan, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Provinsi Maluku diserahkan kepada Kepala SKK Migas.
Baca Juga: Menimbang calon pengganti Shell jika jadi hengkang dari proyek Masela
Dalam surat keputusan Pemerintah Provinsi yang diterima Kontan.co.id, lokasi yang ditetapkan tercatat seluas kurang lebih 27 Ha. Selain itu, pelaksanaan pembangunan kilang LNG diperkirakan memakan waktu sekitar 58 bulan. Sementara proses pengadaan lahan sendiri disebut bakal memakan waktu 8 bulan.
Praktisi hulu migas, Tumbur Parlindungan menilai, di tengah kondisi oversupply LNG dunia maka final investment decision (FID) proyek Masela mungkin baru akan rampung di 2027 mendatang. Padahal, pemerintah berencana di tahun tersebut Masela sudah onstream.
"Asumsi saya, FID paling cepat 2027 karena masih oversupply, operasi di 2030-an," kata Tumbur dalam diskusi virtuall, Jumat (24/7).
Tumbur melanjutkan, saat ini pasar LNG global masih akan oversupply hingga 2026 nanti. Kondisi ini membuat langkah FID Masela semakin kecil kemungkinan untuk tetap dilakukan sebelum kondisi permintaan dan suplai berimbang.
Dus, pemenuhan pasar LNG untuk Asia Pasifik masih didominasi Amerika Serikat dan Qatar. "Tidak mungkin FID kalau rugi, saat ini kan kelebihan pasokan banyak, Muara Bakau saja sampai dikurangi,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News