Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) dikabarkan sementara ini tak lagi membeli bahan baku tembakau asal Temanggung, Jawa Tengah. Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) DPC Temanggung, Siyamin, menyampaikan bahwa ternyata Gudang Garam sudah tidak mengambil bahan baku dari Temanggung sejak tahun lalu.
"Gudang Garam sudah tidak ambil tembakau dari Temanggung sejak tahun lalu, itu pun petani tidak masalah," ujar Siyamin saat dikonfirmasi Kontan (16/6).
Siyamin menyampaikan bahwa Gudang Garam tak lagi-lagi membeli bahan baku dari tembakau dari Temanggung karena beberapa alasan, pertama sebab stok yang masih melimpah, kedua karena mengalami penurunan omset, dan yang ketiga, karena tingkat produknya yang menurun.
Baca Juga: Menakar Dampak Polemik Regulasi Tembakau Terhadap Industri Lokal Ekonomi Masyarakat
"Itu beberapa macam versi ya, katanya satu, kan GG mengalami penurunan omset. Kedua, tingkat penjualan dan produksinya yang rokok itu mengalami penurunan juga. Nah, sampai kalau sampai hari ini katanya stok tembakau Temanggung masih ada. Ini kemarin mengadakan visit ke Kediri, stoknya masih banyak, itu kan alasan dari pihak pabrikan," jelasnya.
Dia menyampaikan bahwa tembakau khas Temanggung itu memiliki ciri khas, yakni sebagai lauk, alias pemberi rasa dari rokok. Oleh sebab itu, seluruh pabrikan rokok pada dasarnya membutuhkan tembakau dari Temanggung untuk memberikan rasa dan aroma yang khas.
Ia pun menjelaskan bahwa ketika Gudang Garam memutuskan untuk memberhentikan beli bahan baku tembakau dari Temanggung, pangsa pasar tembakau asli Temanggung masih luas dan bagi petani pun tak begitu terdampak.
"Kita ngomongin kondisi di petani ya, sebenarnya dampak GG tidak membeli tembakau di Temanggung, kalau bagi petani murni ya, tidak ada masalah. Karena selama ini, tahun kemarin GG tidak membeli, petani fine-fine saja, karena harganya juga bagus," katanya.
Baca Juga: Siapkan Roadmap Industri Tembakau, Akankan Tarif Cukai Rokok Naik di 2026?
"Asalkan petani menggarap dengan bener. Intinya petani tembakau di Temanggung menjual tidak harus ke pabrikan A, B, C tidak, siapa pun yang mau membeli ya yang penting mereka beli tembakau dibayar layak, selesai," tambahnya lagi.
Dia menjelaskan bahwa volume produksi tembakau di Temanggung bisa mencapai 10 ribu ton per tahun, dengan kapasitas di lahan tanam sebesar 12.000 hektare lahan.
Ia menyampaikan bahwa setelah Gudang Garam menyetop tembakau Temanggung, serapan terbesar datang dari PT Djarum yang membutuhkan perkiraan 7.000 ton per tahun. Sisanya baru diserap oleh pabrik-pabrik golongan 2 dan golongan 3.
"Kemarin kita waktu ke Kudus ngomong ke Djarum, kira-kira Djarum itu butuh 7.000 ton. Sukun kurang lebih butuh 1000-2000 ton, belum lagi pabrik kecil-kecil di Kudus dan Malang kan juga banyak banget, selesai artinya," bebernya.
Lebih lanjut, ia kemudian menyoroti soal keberadaan rokok ilegal yang kian marak. Di sisi petani, ia menyampaikan bahwa rokok ilegal tak begitu berdampak bagi kinerja dan penjualan para petani tembakau.
"Memang dampak rokok ilegal itu penerimaannya di Bea Cukai berkurang. Tapi di petani belum begitu terasa dampaknya," pungkas Siyamin.
Baca Juga: APVI: Produk Tembakau Alternatif Bukan untuk Remaja dan Non-Perokok
Selanjutnya: Berikut 6 Emiten yang Masuk Cum Date Besok, Selasa (17/6)
Menarik Dibaca: Ini Cara Lunasi Cicilan Pinjaman Rp 10 Juta Setiap Bulanan dan Biaya Tersembunyi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News