kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Hadapi 2020, Unicorn Indonesia dituntut makin profesional


Selasa, 03 Desember 2019 / 07:08 WIB
Hadapi 2020, Unicorn Indonesia dituntut makin profesional
ILUSTRASI. Ilustrasi Start Up. KONTAN/Muradi/2016/07/12


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Startup unicorn di Indonesia harus mengambil pelajaran dari kasus WeWork, platform penyedia ruang kerja. Mereka terus membakar uang untuk promosi, namun hasilnya tak berdampak positif. Bukan hal yang salah untuk terus-menerus berekspansi. 

Namun, unicorn harus juga lebih jeli dalam mengedepankan strategi inovasi dan keberlanjutan. Gonjang-ganjing OVO beberapa waktu lalu juga jadi pelajaran penting. Bakar uang untuk promosi tak bisa lagi diandalkan. 

Apalagi, di tahun depan ekonomi global diprediksi akan semakin bergejolak dan volatile di tengah dampak perang dagang yang tak kunjung reda. Bahkan, jika tidak dibarengi kebijakan tepat, Indonesia bisa terkena dampaknya. Karena itu, perlu pendekatan dan inovasi dari para unicorn agar konsumen tetap loyal.

Baca Juga: Ekonom Indef: Industri infokom berpotensi jadi leading pada tahun 2020  

“Tahun depan memang besar kemungkinan ekonomi global melambat. Investor startup juga diperkirakan akan mengurangi bakar uang,” ujar Ekonom Piter Abdullah dalam keterangannya, Senin (2/12). 

Kata Piter, investor tidak akan selamanya bakar uang. Ada waktu mereka melambat dan kemudian berhenti bakar uang. Apalagi investor unicorn di Indonesia sudah cukup lama bakar uangnya. Kecuali, bila nanti ada unicorn baru dengan produk-produk baru, investor akan kembali bakar uang untuk promo. 

Namun untuk unicorn yang sudah eksis, seperti Bukalapak, Tokopedia, OVO, dan lain-lain, strategi itu akan dikurangi. Karena itu, pengelolaan unicorn juga perlu profesional. Apalagi, para investor yang menanamkan duit, sudah mulai menyinggung soal laba dan keuntungan bisnis. 

Baca Juga: Valuasi OVO Rp 41 triliun, jika dijual 70%, Lippo dapat dana Rp 28,7 triliun

“Mereka tetap investor profesional. Tujuan mereka tetap laba. Cuma cara mencari laba nya yang tidak lagi sama dengan pendekatan bisnis konvensional dan mengambil lebih banyak lagi risiko. Unicorn sejatinya adalah bisnis inovasi, terlepas dari kondisi ekonomi,” tegas Piter yang juga Direktur Riset Core Indonesia. 



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×