kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Hadapi Bonus Demografi, Anak Muda Harus Dipersipkan Jadi Tenaga Terampil


Rabu, 20 Juli 2022 / 23:25 WIB
Hadapi Bonus Demografi, Anak Muda Harus Dipersipkan Jadi Tenaga Terampil
ILUSTRASI. Alur pendaftaran pencari kerja terpampang saat pembukaan bursa kerja secara daring


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia diperkirakan mengalami puncak bonus demografi pada kurun 2030 hingga 2040, di mana kondisi masyarakat akan didominasi usia produktif.

Wakil Menteri BUMN I Pahala Mansury mengatakan, pandemi Covid-19 telah mempercepat perubahan termasuk digitalisasi, sehingga semua negara termasuk Indonesia perlu mengembangkan kemampuan dalam sektor digital, baik itu telekomunikasi maupun informasi teknologi.

"Kita harus bisa mengembangkan keterampilan dari para pemuda di Indonesia supaya mereka bisa mengambil kesempatan yang ada. Jadi membuka peluang bukan hanya bagi para bisnis, tetapi juga bagi para pemuda untuk bisa berpartisipasi secara aktif dalam sektor ini,” papar Pahala dalam rangkaian kegiatan KTT Y20, dikutip dalam keterangan tertulisnya, Selasa (19/7).

Pahala mendorong pemuda untuk turut mengembangkan kemampuannya di sektor energi terbarukan dengan mindset yang tidak tradisional atau berorientasi masa depan.

Baca Juga: Menaker: Hanya Sekitar 10% Lebih Pekerja yang Memiliki Program Pensiun

Namun, menekankan bahwa Indonesia tidak boleh hanya fokus pada pengembangan tenaga kerja ke depan tetapi juga harus mampu menciptakan wirausahawan di masa depan.

Direktur Jenderal Organisasi Buruh Internasional (ILO) Guy Ryder menambahkan, semua pihak perlu memastikan anak muda memiliki akses ke pekerjaan yang layak agar bisa menangkap peluang bonus demografi.

Menurutnya, anak muda harus mendapatkan akses pada pelatihan, khususnya yang bersifat berkelanjutan.

“Ketika kita melihat bonus demografi, itu tidak selalu menjadi suatu hal yang membebani belanja. Khususnya bagi negara berkembang, ini adalah kesempatan untuk membangun perlindungan sosial yang bisa membantu masyarakat kita untuk berlayar di dunia yang menantang dan kompleks,” tutur Guy.

Sementara itu, Co-Chair T20 Taskforce Inequality, Human Capital, and Well-Being Vivi Alatas mengatakan, tiada negara yang kebal terhadap krisis pangan, energi maupun kesehatan. Namun, terjadinya krisis menyebabkan masyarakat untuk keluar-masuk garis kemiskinan.

Baca Juga: Dorong Kaum Muda Kompeten di Era Digital, Pendidikan dan Pelatihan Perlu Ditingkatkan

Dalam hal ini, generasi muda termasuk yang paling rentan, terlihat dari tingginya angka pengangguran anak muda.

“Apabila kita ingin menangkap peluang bonus demografi, kita harus maksimalkan potensi generasi muda. Perlindungan sosial menjadi penting agar kita bisa membantu para pemuda untuk mencegah, memitigasi, dan bisa tangguh menangani guncangan yang ada. Bentuknya bukan hanya jaring keamanan (safety net), tetapi juga trampolin keamanan, artinya, mereka bisa bounce back dan mencapai potensi maksimal mereka,” jelas Vivi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×