Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten produsen polyethylene (PE) PT Lotte Chemical Titan Tbk. (FPNI) memandang proyeksi bisnis tahun ini tanpa ekspetasi tinggi.
Pada paparan publik yang berlangsung di Artotel Mangkuluhur Jakarta, Perseroan memaparkan kenaikan harga minyak dan ketidakstabilan perekonomian global memberikan imbas pada kinerja Perseroan.
"Di kuartal I 2024, tekanan bisnis masih berlanjut karena market juga masih lesu. Ini juga disebabkan oleh adanya perlambatan global, ketegangan di beberapa regional serta adanya oversupply," jelas Direktur FPNI Calvin Wiryapranata di Jakarta, Jumat (28/6) .
Menurutnya kondisi ini masih sama sebagaimana yang dihadapi di tahun 2023. Untuk mengatasinya, FPNI masih terus akan fokus meminimalisasi kerugian (loss) hingga akhir tahun 2024.
Hingga akhir kuartal I 2024, tren penurunan masih berlanjut. Kerugian bersih yang diatribusikan kepada entitas induk masih tercatat di angka US$1,18 juta, padahal di periode yang sama tahun lalu, pihaknya masih dapat untung senilai US$2,25 juta. Penurunan pendapatan sebesar 10,47% juga masih dicetak di kuartal I 2024 di angka US$99,09 juta dari US$110,69 juta.
"Jadi memang betul, bahwa di kuartal I 2024 kondisi masih sangat tidak baik dan laba memang turun karena margin spread semakin turun diakibatkan harga bahan baku masih tinggi. Namun, tidak diikuti dengan kenaikan harga jual," urainya lagi.
Baca Juga: Pendapatan dan Laba Lotte Chemical Titan (FPNI) Menyusut pada Kuartal I-2023
Calvin menegaskan pihaknya akan tetap lakukan efisiensi di berbagai lini dan cermat melakukan analisa. Pihaknya juga fokus pada optimalisasi produk yang memberikan margin positif.
FPNI menargetkan hingga akhir tahun ini bisa mempertahankan kinerja setidaknya sama dengan akhir tahun 2023. Hal ini dilakukan dengan menjaga kuantitas produksi sama seperti tahun 2023. Namun demikian manajemen belum dapat memberikan proyeksi target pendapatan yang hendak dicapai hingga akhir 2024.
"Kami tidak bisa menargetkan berapa nilai pendapatannya sebab adanya fluktuasi harga jual. Namun kami akan pertahankan kuantitas volume penjualan. Dengan kondisi market seperti ini, masih sulit untuk optimistis," imbuhnya.
Mengenai capex, tahun ini Perseroan berencana memakai alokasi US$9 juta dari sisa alokasi capex tahun lalu sebesar US$13 juta atau sekitar Rp200 miliar. Besaran ini juga masih akan digunakan untuk melakukan peremajaan alat.
Asal tahu saja, di akhir 2023 lalu Perseroan mencetak penurunan pendapatan sekitar 21% menjadi US$376,2 juta dari perolehan US$473,9 juta. Perseroan juga menderita rugi bersih senilai US$399 ribu sepanjang tahun 2023, atau memburuk dibanding tahun 2022 yang membukukan laba bersih setara US$2,8 juta.
Kemudian FNPI juga mencatat volume produksi 330 KMT dan volume penjualan sebesar 345 KMT. Perseroan mencatat, capaian produksi setidaknya selalu dapat tercapai di tengah perlambatan perekonomian global.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News