Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Senada, PT Radiant Utama Interinsco Tbk (RUIS) juga akan melakukan revisi target. Direktur Utama RUIS Sofwan Farisyi mengatakan kajian ulang terhadap target akan dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa hal termasuk aspek relaksasi kebijakan dari pemerintah yang berdampak pada hasil bottom line perusahaan.
"RUIS akan melakukan review ulang terhadap target tahun 2020 perusahaan, terutama downside scenario, dengan mempertimbangkan beberapa hal agar dapat diketahui financial sustainability perusahaan secara keseluruhan," tutur Sofwan.
Sofwan memastikan, hal tersebut juga termasuk alokasi belanja modal untuk tahun ini. Menurut dua, beberapa kontrak yang telah diraih berpotensi mengalami penundaan termasuk untuk proyek yang telah dimenangkan tendernya.
"Secara komersial akan terdapat penundaan beberapa proses tender, bahkan yang sudah ditunjuk menjadi pemenang tender. Secara operasional, diperkirakan akan terjadi penurunan utilisasi nilai kontrak karena turunnya harga minyak, proses ini kami yakini sedang dihitung oleh klien," terang Sofwan.
Baca Juga: Arab Saudi-Rusia sepakat pangkas produksi minyak besar-besaran, ini penjelasannya
Pasti Berubah
Di tengah tekanan kondisi saat ini, SKK Migas juga memastikan bakal ada revisi rencana hulu migas di tahun ini. Baik dari sisi target produksi minyak siap jual (lifting), investasi, maupun target pengoperasian (on stream) sejumlah proyek hulu migas.
Direktur Operasi SKK Migas Julius Wiratno mengungkapkan, pihaknya saat ini masih melakukan evaluasi dan diskusi dengan KKKS terkait skenario perubahan yang paling mungkin dilakukan, dengan meminimalisasi risiko dan dampak baik terhadap pemenuhan lifting migas nasional maupun kinerja perusahaan.
"Target dan rencana kerja hulu migas pasti akan ada revisi. Masih on going, dijalankan dengan berbagai skenario. Sedang dikerjakan dan dievaluasi bersama para KKKS," kata Julius kepada Kontan.co.id, Minggu (12/4).
Baca Juga: Ini hasil stress tes LPS jika ekonomi Indonesia memburuk akibat wabah corona
Menurut pengamat migas dari Universitas Trisakti Pri Agung Rakhmanto, kondisi hulu migas saat ini jauh lebih rumit dibandingkan dengan biasanya. Sebab, tantangan yang ada bukan sekadar masalah menurunnya harga minyak dunia melainkan juga efek pandemi corona yang mengganggu mobilitas tenaga kerja dan logistik, serta berimbas pada tekanan ekonomi nasional maupun global.
"Kalau harga minyak rendah saja, industri migas mungkin sudah lebih siap menghadapi karena juga sudah bukan sekali dua kali ini terjadi. Tapi ini ada Covid-19, industri hulu migas tidak bisa underestimate pandemi ini," kata Pri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News