Sumber: Kompas.com | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi Covid-19 menghantam berbagai sektor ekonomi, seperti salah satunya dunia penerbangan global juga nasional. Berbagai negara membatasi penerbangan keluar dan masuk wilayahnya, akibat hal itu banyak maskapai harus mengandangkan armada pesawat mereka hingga batas waktu yang belum bisa ditentukan.
Hal ini juga dialami oleh perusahaan maskapai penerbangan swasta Indonesia, Lion Air Group.
Baca Juga: Pesawat Lion Air sehari cuma bisa terbang 50 kali bikin keuangan makin meradang
Hanya 5 persen yang beroperasi
Dalam keterangan resminya yang diterima Kompas.com, Kamis (21/5/2020), Corporate Communication Strategic Lion Air Group Danang Mandala Prihantoro menyebut hanya 5 persen armada yang beroperasi dari 1.000 jadwal terbang per harinya pada kondisi normal.
Kondisi tersebut sangat berpengaruh terhadap penurunan pendapatan yang diperoleh perusahaan. Di tengah ketidakpastian ini, Lion Air Group mengupayakan berbagai cara untuk tetap bertahan hidup. Danang pun menyebut kondisi saat ini begitu sulit dan menantang bagi perusahaan yang menaungi Lion Air, Batik Air, dan Wings Air itu.
Kali ini salah satu cara yang dilakukan adalah dengan memotong gaji seluruh pegawainya. "Lion Air Group melakukan pembicaraan dengan mitra-mitra usaha serta melakukan pemotongan pengahasilan seluruh manajemen dan karyawan dengan nilai prosentase bervariasi, semakin besar penghasilan semakin besar nilai nominal potongannya," kata Danang.
Kebijakan tersebut efektif diberlakukan sejak Maret 2020 hingga waktu yang tidak dapat dipastikan. Keadaan tersebut tampak ironis ketika biasanya pada musim Lebaran, maskapai menambah jam terbang untuk mengangkut pemudik. Namun semua itu tidak bisa terjadi di tahun ini.
Baca Juga: Syarat naik pesawat sangat ketat saat PSBB, berikut panduan kalau ingin terbang
Tak semua mendapat THR
Pendapatan yang biasanya meningkat tajam di masa libur Lebaran akan dibagikan kepada seluruh manajemen dan karyawan dalam bentuk THR. Sayangnya, THR tidak bisa sepenuhnya diberikan kali ini. Selain karena minimnya pemasukan yang diterima perusahaan, di saat biaya administrasi dan operasional tetap berjalan, juga menjadi alasan mengapa THR tidak bisa diberikan sebagaimana biasanya.
Dalam musim Lebaran kali ini, menurut Danang hanya sekelompok pegawai saja yang akan tetap menerima THR, itu pun diberikan tidak penuh. Danang menjelaskan pemberian THR hanya akan diberikan pada pegawai golongan berpenghasilan total sama dengan UMR.
Baca Juga: Corona di Jawa Timur naik tinggi, ini tanggapan Wakil Gubernur Emil Dardak
"Mayoritas bekerja sebagai tenaga kebersihan, pengamanan, pengemudi, porter dan staf tertentu. Nilai nominal THR yang diberikan belum sepenuhnya, rencana akan dipenuhi jika operasional normal kembali dan kondisi perusahaan membaik," ujarnya.
Sementara bagi kelompok pegawai berpenghasilan menengah, seperti mekanik, awak kabin, dan staf akan dilaksanakan di tahap berikutnya saat operasional penerbangan sudah baik dan stabil. Terakhir, bagi pegawai berpenghasilan tinggi baru akan diberikan pada saat kondisi perusahaan benar-benar stabil dan sangat baik.
"Penerbang (awak kokpit), pejabat struktural atau manajemen akan diberikan apabila kondisi operasional penerbangan sudah normal dan kondisi sudah sangat baik," kata Danang.
Belum berpikir PHK
Danang mengatakan, terlepas dari semua kesulitan yang tengah dialami perusahaan, Lion Air Group sejauh kni belum berpikir akan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). "Sampai dengan informasi dibuat dan disampaikan, perusahaan-perusahaan di lingkungan Lion Air Group belum berpikir atau membuat kajian untuk melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap pegawai/ karyawan," tegasnya.
Keberlangsungan hidup 29.000 karyawan dan keluarganya menjadi pertimbangan besar perusahaan untuk tidak mengambil langkah PHK.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Armada Hanya Beroperasi 5 Persen, Lion Air Potong Gaji Semua Pegawai"
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News