Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen biskuit asal Italia, Barilla menghapus label ‘senza olio di palma’ atau ‘bebas minyak sawit’ dalam kemasannya. Penghapusan label tersebut karena Barilla telah menggunakan minyak sawit dalam proses produksinya.
Guru besar John Cabot University Roma, Pietro Paganini, mengatakan kekurangan minyak bunga matahari (sun flower oil) mendorong banyak produsen dan pengolah makanan untuk memformulasi ulang produknya dengan minyak yang berbeda.
“Beberapa di antaranya kembali ke minyak sawit setelah mereka meninggalkannya antara 2016 dan 2018 dan setelah mereka memboikotnya,” kata Paganini dalam keterangannya, Selasa (12/4).
Sementara produsen dan pengolah makanan yang lain, kata Paganini, masih khawatir untuk kembali ke kelapa sawit karena mereka takut akan reputasi mereka. Sebab mereka khawatir terhadap LSM, reaksi pemangku kepentingan, dan lain-lain.
Ada beberapa (produsen pengolah makanan) yang masih mengandalkan cadangan minyak bunga matahari sampai Agustus. Mereka berharap minyak bunga matahari akan kembali (ada di pasaran) lagi.
Baca Juga: Astra Agro Lestari Proyeksi Produksi Sawit di Kuartal I-2022 Rendah, Ini Sebabnya
“Jadi sangat sedikit yang mengakui bahwa mereka membeli dan menggunakan minyak sawit. Kita lihat saja dalam beberapa bulan ke depan apa yang akan terjadi,” tukas Paganini.
Untuk saat ini Paganini memperhatikan bahwa beberapa klaim “bebas minyak sawit” menghilang dari kemasan. Namun Paganini belum bisa memastikan apakah Barilla menggunakan minyak sawit atau tidak, hal itu sulit dikatakan.
“Kita lihat saja nanti. Setidaknya untuk saat ini, yang pasti klaim dan komunikasi negatif (terhadap minyak sawit) telah hilang,” katanya.
Barilla, kata Paganini, tidak memiliki banyak pilihan (dalam menggunakan minyak nabati). Produsen biskuit asal Italia ini tidak mengeluarkan pernyataan publik apapun terkait penghapusan label “bebas minyak sawit” dalam kemasannya itu.
Menurut Paganini, Barilla harus kembali menggunakan minyak sawit dalam proses produknya, karena minyak sawit jauh lebih baik, aman dan bersertifikat berkelanjutan. Pada tahun 2016 Barilla menggunakan minyak sawkt dengan sertifikasi keberlanjutan. Pada tahun 2017 mereka tidak menggunakan minyak sawit sama sekali dan hanya menggunakan 20% minyak bersertifikat.
Baca Juga: Progres Distribusi Minyak Goreng Curah Bersubsidi Capai 77,9%
Paganini mengatakan saat ini produsen dan pengolah makanan di Eropa berada di bawah tekanan kelangkaan komoditas dan melonjaknya harga minyak nabati, terutama minyak nabati non sawit. Karena itu, mereka harus mencari alternatif. “Minyak sawit adalah pilihan terbaik,” tegasnya.