Reporter: Agustinus Beo Da Costa, Muhammad Yazid | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Harga jual batubara yang terus merosot membuat produsen batubara resah. Produsen memproyeksikan harga jual batubara berkalori tinggi hanya di kisaran US$ 68 hingga US$ 70 per ton. Padahal sebelumnya bisa terjual dengan harga US$ 100-US$ 120 per ton.
Komisaris PT Resources Alam Indonesia Tbk (KKGI) Suria Martara Tjahaja bilang, penurunan harga batubara tentu akan berdampak pada turunnya pendapatan dan laba perusahaan. "Pelemahan harga batubara ini sudah dirasakan selama tiga bulan terakhir ini," ungkap dia kepada KONTAN, Senin (14/7).
Dia memamparkan, saat ini cash cost produksi batubara perusahaan sebesar US$ 28 per ton. Sedangkan batubara yang diproduksi perusahaan dengan kalori rendah dijual dengan harga US$ 30 per ton. Biasanya harga batubara berkalori rendah bisa US$ 50 per ton-US$ 65 per ton.
Walaupun memprediksi kinerja tahun ini akan turun, tetapi masih optimistis tidak akan turun drastis, karena manajemen sudah melakukan efisiensi sejak lama. Pertama, KKIG saat ini tidak memiliki pinjaman bank. Kedua, jarak pengangkutan batubara perusahaan tidak jauh sehingga biaya pengangkutan murah. "Low cost bagus," tegasnya.
Presiden Direktur PT Baramulti Suksessarana Tbk (BSSR) Henry Angkasa menjelaskan, dalam situasi harga batubara yang terjun bebas seperti sekarang, perusahaannya mau tidak mau harus mengencangkan ikat pinggang dan melakukan efisiensi.
Efisiensi itu, dilakukan dengan mengurangi pelbagai biaya untuk menjaga margin termasuk biaya pertambangan dan biaya logistik. "Kami belum berpikir untuk merumahkan atau memutuskan hubungan kerja karyawannya," ungkap dia.
Corparate Strategy PT Reswara Minergi Hartama Andrian E Sjamsul menambahkan, ditengah pelemahan harga batubara saat ini, perusahaan melakukan banyak penghematan dan efisiensi dalam kegiatan pertambangan batubara. Dalam perencanaan bisnis, manajemen berusaha melakukan berbagai penyederhanaan baik dalam penambangan maupun penjualan batubara.
Misalnya, dalam kerja sama dengan pembeli batubara, perusahaannya meminta agar pembelian dilakukan tepat waktu atau on time. Dengan begitu, tidak akan ada biaya tambahan yang akan dikeluarkan untuk menyewa penampungan batubara di coal terminal. Kegiatan penghematan itu dilakukan sejak beberapa tahun terakhir dengan bersinergi bersama anak-anak usaha lainnya.
Saat ini ongkos produksi batubara Reswara Minergi Hartama sebesar US$ 30 per ton. Sementara harga jual batubara perusahaan masih terbilang harga premium atau beberapa persen diatas harga acuan. Karena itu meski harga jualnya nanti ikut tergerus, Andrian yakin perusahaan masih tetap bisa mendapatkan margin keuntungan yang bagus. "Kami masih akan mereduksi biaya-biaya," jelas dia. Asal tahu saja, produksi batubara Reswara pada kuartal I-2014 mencapai 1,3 juta ton atau sama dengan pencapaian tahun lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News