kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga batubara sedang panas, emiten tambang berminat akuisisi tambang baru?


Senin, 12 Juli 2021 / 21:19 WIB
Harga batubara sedang panas, emiten tambang berminat akuisisi tambang baru?
ILUSTRASI. Beberapa emiten tambang tak berencana mengakuisisi tambang baru meski harga batubara sedang naik.


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara masih panas. Mengutip Bloomberg, harga batubara ICE Newcastle untuk kontrak pengiriman Agustus 2021 berada di level US$ 136,10 per ton pada perdagangan Jumat (9/7). Angka ini naik 70% dari harga penutupan pada akhir 2020.

Bersamaan dengan harga komoditas yang mendaki, PT ABM Investama Tbk (ABMM) berniat merealisasikan agenda akuisisi tambang batubara yang sudah direncanakan oleh perusahan sejak beberapa waktu sebelumnya.

Direktur (ABMM), Adrian Erlangga mengatakan,  rencana akuisisi tambang batubara anyar bertujuan untuk menambah cadangan batubara perusahaan. Rencana ini bukan didasarkan pada pertimbangantren pergerakan harga batubara yang terus positif belakangan ini.

“Kami sudah beberapa tahun mencari tambang yang baru, karena tambang yang ada terdeplesi terus,” kata Adrian kepada Kontan.co.id, Senin (12/7).

Mengintip materi paparan publik perusahaan pada 7 Mei 2021 lalu, ABMM melalui sejumlah entitas anak usaha memiliki izin usaha pertambangan (IUP) di 3 lokasi penambangan. Sebanyak 2 lokasi penambangan di antaranya berada di Kalimantan Selatan, sementara 1 lokasi penambangan sisanya berada di Aceh.

Baca Juga: ABM Investama (ABMM) berencana akuisisi tambang baru di semester kedua tahun ini

Per akhir tahun 2020 lalu, total cadangan (reserves) ABMM di ketiga lokasi hampir sejumlah 245 juta ton batu bara. Sepanjang tahun 2020, ABMM mencatat produksi 12,56 juta ton batubara dari ketiga lokasi tambang tersebut.

Sebanyak 27% di antaranya berasal dari lokasi penambangan di Kalimantan yang dikelola oleh anak usaha ABMM, yaitu PT Tunas Inti Abadi (TIA), sementara 73% sisanya berasal dari lokasi penambangan di Aceh yang dikelola melalui Media Djaya Bersama (MDB).

Sejauh ini, Adrian belum bersedia mengungkapkan detail informasi seperti wilayah tambang mana yang menjadi target akuisisi ABMM, total cadangan batubara dari wilayah tambang yang ingin diakuisisi, maupun dana yang ABMM siapkan untuk membiayai agenda akuisisi tambang baru. “Nanti disampaikan ya,” ujar Adrian singkat.

Di lain pihak, minat untuk melakukan akuisisi tambang pada sejumlah produsen batubara lainnya belum kelihatan. Head of Corporate Communication PT Adaro Energy Tbk (ADRO), Febriati Nadira mengatakan, ADRO masih akan terus mengikuti perkembangan pasar dengan tetap menjalankan kegiatan operasi sesuai rencana di tambang-tambang milik perusahaan.

Langkah tersebut dilakukan dengan terus berfokus untuk mempertahankan margin yang sehat dan kontinuitas pasokan ke pelanggan.

“Saat ini kami belum ada rencana untuk mengakuisisi tambang baru,” kata perempuan yang akrab dengan sapaan Ira tersebut kepada Kontan.co.id, Senin (12/7).

Dalam catatan Kontan.co.id, ADRO menargetkan produksi sekitar  52 juta ton-54 juta ton batubara pada tahun 2021, sedikit turun dari realisasi produksi batubara tahun lalu yang mencapai 54,53 juta ton. Sepanjang kuartal I 2021 lalu, ADRO telah mencatatkan produksi 12,87 juta ton batubara dengan volume penjualan 12,59 juta ton.

Segendang sepenarian, Sekretaris Perusahaan PT Bumi Resources Tbk (BUMI), Dileep Srivastava juga mengungkapkan bahwa BUMI tidak memiliki rencana akuisisi tambang batubara. Dileep tidak merinci apa alasan di  balik keengganan tersebut.

“BUMI tidak memiliki rencana akuisisi aset tambang baru,” ujar Dileep singkat saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (12/7).

Baca Juga: Sektor tambang hingga kesehatan jadi pilihan Mirae Asset Sekuritas, ini daftarnya

Dileep berujar, sebagian besar anggaran belanja modal atawa capital expenditure (capex) perusahaan untuk bisnis tambang batubara pada tahun ini dialokasikan untuk keperluan perawatan alias maintenance.Adapun total dana capex yang BUMI alokasikan untuk bisnis tambang batubara pada tahun ini berkisar US$ 60 juta.

Meski tidak memiliki rencana akuisisi tambang, BUMI optimistis prospek bisnis tambang batubara di sepanjang tahun ini bakal positif. Dileep bilang, faktor tantangan pasokan/produksi batubara (global) akibat kendala cuaca dan pandemi Covid-19 serta permintaan batubara yang tinggi berpotensi terus membuat harga batubara tinggi.

Makanya, BUMI optimistis bisa mencatatkan pertumbuhan pendapatan secara signifikan pada tahun ini. Dileep tidak merinci berapa proyeksi pertumbuhan yang dimaksud. Yang terang, BUMI masih berpatokan rencana produksi dan penjualan dengan volume berkisar 85 juta ton - 89 juta ton batubara pada tahun ini.

“Angka volume penjualan batubara di tahun 2020 sekitar 81 juta ton,” kata Dileep.

Selanjutnya: Harga batubara masih membara, analis rekomendasikan saham-saham emiten tambang ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×