Reporter: Mona Tobing | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Harga crude palm oil (CPO) di awal tahun yang terus menurun, mendorong produsen CPO menjalankan strategi bisnis yang berbeda. Pasalnya, perusahaan harus bisa mempertahankan pendapatan di tengah lesunya harga dan tingginya pungutan CPO.
Sebagai gambaran, awal tahun ini saja, perusahaan CPO harus menanggung penurunan harga jual CPO hingga 25%. Harga CPO yang tergerus tersebut membuat pendapatan perusahaan otomatis mengalami penurunan.
Misalnya saja yang terjadi di PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk. Emiten bursa efek Indonesia dengan kode SSMS itu mengalami penurunan harga CPO sebesar 22% menjadi Rp 6.600 per kilogram (kg) atau senilai US$ 630 metrik per ton.
Agar kinerja perseroan tidak turun, Sumbermas berusaha menggenjot pendapatannya melalui bisnisnya yang lain yaitu memproduksi minyak goreng melalui PT Citra Borneo Utama (CBU) dan PT Surya Borneo Industri (SBI).
Ramzi Sastra, Direktur Pemasaran SSMS mengatakan, di tengah penurunan pasar CPO, pihaknya lebih memilih untuk menahan ekspor dan mengalihkan CPO tersebut untuk anak usahanya untuk diproduksi menjadi minyak goreng.
"Kami diversifikasi pasar. Ketika pembeli kami mengurangi pembelian CPO. Kami punya pilihan pasar lain," kata Ramzi, Kamis (23/4).
Saat ini kapasitas produksi minyak goreng kedua anak usahanya itu mencapai 2.200 ton per hari. Tahun ini produksi CPO Sumbermas ditargetkan mencapai 1 juta ton, naik 23% dari produksi TBS pada 2014 yang sebesar 807.512 ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News