Reporter: Kiki Safitri | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengusaha penggilingan kini lebih memilih untuk memproduksi beras premium. Lantaran lebih menguntungkan di tengah kenaikan harga gabah di kisaran angka Rp 5.000-an.
“Ya kita di penggilingan padi itu jadi lebih menginkan membuat beras premium (lebih menguntungkan). Karena memang enggak masuk hitungan dengan harga gabah sekarang Rp 5.000 dan HET beras medium Rp 9.450 itu kan enggak masuk akal loh (rugi),” kata Sekretaris Jenderal (Sekjen) Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi Beras (Perpadi) Burhanuddin kepada Kontan.co.id, Jumat (9/11).
Ia menyebutkan, kenaikan harga beras medium tidak membuat industri penggilingan padi menikmati hasilnya. Ini karena industri penggilingan harga gabah terus meroket.
Harga beras medium di PIBC (Pasar Induk Beras Cipinang) saat ini dikisaran Rp 9.500 - Rp 12.000 per kg. Sedangkan harga beras premium stabil di kisaran Rp 12.000 - Rp 13.000 per kg.
“Oh enggak (tidak menikmati untung). Karena kan sebagian besar penggilingan kesulitan untuk memproses beras karena harga gabah tinggi. Di lain pihak harga jualnya (beras) kan dibatasi oleh HET (Harga Eceran Tertinggi),” jelasnya.
Yang paling dirugikan adalah industri penggilingan padi sektor kecil. Burhanuddin mengatakan bahwa beberapa industri penggilingan sudah tidak beroperasi akibat harga gabah yang mahal.
“Terutama penggilingan padi kecil sudah banyak yang tidak operasional. Yang jelas saat ini dengan adanya HET itu, sekitar 40% - 60% penggilingan gabah di daerah sudah tidak bisa beroperasi,” jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News