kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Harga GKP naik, produsen mamin tak bisa kerek harga


Senin, 18 Oktober 2010 / 08:33 WIB
Harga GKP naik, produsen mamin tak bisa kerek harga
ILUSTRASI. Investasi Modal Astra International ke GO-JEK


Reporter: Raka Mahesa W |


JAKARTA. Meski biaya produksi naik akibat gula naik, namun para produsen makanan maupun minuman tidak bisa menaikan harga sesuai dengan kenaikan ongkos produksinya; seperti kenaikan harga gula saat ini. Pada bulan September 2010 lalu, harga GKP masih berada di kisaran Rp 7.800-Rp 8.000 per kg, sedangkan bulan ini sudah menembus Rp 10.000-Rp12.000 per kg.

Amal Rasyid, pemilik usaha Dodol Bestari, Garut menjelaskan, pihaknya hanya sanggup menaikan harga jual dodolnya maksimal 10%, itu pun dengan catatan para produsen lain melakukan hal yang sama. Sebab jika tidak bersama menaikan harga dia bilang akan kalah bersaing dengan produsen lainnya yang masih menjual dodol dengan harga lama. Saat ini dia menjual dodol dengan harga Rp 10.000 per paket berisi 500 gram dodol.

Aris Purwoko, Manager Pemasaran Mubarok Food Cipta Delicia memastikan tidak akan menaikan harga, kecuali harga gula berada diatas Rp 12.000 per kg. Sebab pada bulan Juli lalu mereka sudah menaikan harga sekitar 10% akibat kenaikan TDL.

Contoh saja untuk jenang Mubarok Deluxe kecil sebelumnya per paket dijual dengan harga Rp 7.000 saat ini dijual dengan harga Rp 7.750. Aris menghitung, dengan kenaikan harga tersebut penjualan akan menurun selama tiga bulan pertama, dan akan kembali pulih perlahan sesudahnya.

Sebab itu, Aris enggan mengambil risiko dengan mengerek harga jual dodolnya untuk kali kedua dalam setahun meski ongkos produksi menjadi lebih mahal dari sebelumnya.

Diah Anggraini, Manager sirup Markisa Noerlen Medan menjelaskan, pihaknya juga tak mungkin menaikan harga. Dengan harga jual sirup saat ini di level Rp 55.000 per liter saja mereka cukup kewalahan untuk meludeskan di pasaran. Hitungan diatas kertas, saban hari ia baru bisa menjual rata-rata 60 liter sirup. Dari penjualan itu, Noerlen mengantongi laba sebesar 10%.

“Susah untuk menaikan harga, sebab dengan harga saat ini saja konsumen sudah cukup berat,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×