kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Harga jagung terus menanjak walau China sudah berhenti impor


Selasa, 21 Desember 2010 / 09:29 WIB
Harga jagung terus menanjak walau China sudah berhenti impor


Reporter: Herlina KD | Editor: Djumyati P.

JAKARTA. Menjelang akhir tahun, masyarakat di berbagai negara sudah mulai mengerem belanja komoditinya. China misalnya, berdasarkan data yang dikutip Bloomberg Senin (21/12) jumlah impor jagung China mencapai 78.616 ton. Jumlah ini lebih rendah ketimbang impor jagung China Oktober lalu yang mencapai 251.934 ton. Tapi, pengereman pembelian jagung ini tidak cukup ampuh untuk menarik turun harga jagung dunia.

Berdasarkan data Bloomberg, harga jagung di Chicago Board of Trade (CBOT) untuk pengiriman Maret 2011 Senin (21/12) ada pada level 6,0025 sen dolar per bushel. Dilihat dari trennya, harga jagung dunia juga terus mendaki dan hampir kembali menyentuh rekor tertingginya tahun ini di level 6,0375 sen dolar per bushel yang dicapai pada (4/11) lalu.

Sekretaris Dewan Jagung Nasional Maxdeyul Sola mengatakan menjelang akhir tahun, beberapa negara memang sudah mulai mengerem belanja komoditinya. Ini disebabkan karena pada akhir tahun banyak perusahaan dan produsen makanan yang sudah tutup buku dan bersiap untuk menyusun rencana tahun depan. Para produsen juga sudah menyiapkan stok bahan baku dalam jumlah yang cukup.

Meski begitu, Sola mengatakan pengereman belanja jagung China tidak serta merta bisa mengerek harga jagung untuk turun. Sebab, "Pada akhir tahun China hanya mengerem pembelian tapi bukan berarti kebutuhan jagung mereka sudah terpenuhi. China masih butuh jagung dalam jumlah besar," ujar Sola kepada KONTAN Senin (21/12).

Ia menambahkan, untuk mengimbangi pertumbuhan ekonomi China yang pesat maka kebutuhan komoditi China masih akan tinggi. Artinya, "Harga jagung dunia masih berpotensi naik karena China masih akan mengimpor jagung." jelas Sola.

Prediksi kenaikan harga jagung ini diperkuat dengan prediksi penurunan produksi jagung dari Amerika Serikat, salah satu produsen jagung terbesar dunia. Berdasarkan data dari Departemen Pertanian Amerika Serikat yang dikutip Bloomberg awal bulan ini menyatakan tahun ini produksi jagung di AS diperkirakan sebesar 12,54 miliar bushel, melorot 4,4% ketimbang produksi tahun lalu yang mencapai 13,11 miliar bushel. Sementara itu, hingga September lalu stok jagung di AS tinggal 824 juta bushel. Ini adalah pasokan terendah sejak tahun 2006 lalu.

William Fordham, Presiden Konsultan Pasar C& S Grain seperti dikutip Bloomberg beberapa waktu lalu memperkirakan harga jagung internasional akan menembus rekor baru di level harga 8,3 sen dolar per bushel pada akhir Juni 2011 nanti. "Harga jagung mungkin bisa melebihi rekor tertingginya di tahun 2008 lalu," kata William.

Tahun ini, China juga akan mengimpor sekitar 6 juta ton - 8 juta ton jagung dari Argentina untuk pengiriman tahun 2011 nanti. Alhasil, permintaan biji-bijian dari Amerika Serikat juga akan meningkat.

Meski harga jagung diprediksi akan terus meningkat, tapi Sola belum bisa memperkirakan apakah harga jagung dunia akan bisa menembus rekor baru melebihi harga tertingginya di tahun 2008 lalu. Hanya saja, ia memastikan harga jagung dunia akan terus naik dan berimbas pada kenaikan harga jagung lokal. "Musim panen jagung sudah lewat, di AS juga sudah tidak ada panen lagi, jadi harga berpotensi naik," ungkapnya.

Di Indonesia, saat ini harga jagung lokal sudah ada di kisaran Rp 3.000 per kg. Sebagai gambaran saja, saat harga jagung melambung tahun 2008 lalu, harga jagung lokal mencapai Rp 3.600 per kg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×