Reporter: Nur Pehatul Janna | Editor: Narita Indrastiti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Banyak pihak yang melihat dan menggambarkan bahwa situasi pasar hunian properti saat ini tengah menurun. Bahkan menurut agen properti PROJEK dan Provides, saat ini adalah waktu yang tepat untuk investor properti membeli proyek guna mendapatkan capital gain.
Pasalnya, harga jual properti baru diprediksi tidak akan naik dan harga properti secondary cenderung turun.
Namun, Indra Wijaya Antono, Vice President Marketing PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) mengatakan, hal tersebut tak terjadi pada APLN. Menurut dia, hingga saat ini harga jual hunian properti justru cenderung meningkat.
“Kalau sekarang memang banyak orang yang bilang pasar rumah sedang koreksi, namun di APLN sendiri tidak terjadi demikian karena sebenarnya kunci utamanya pengembang harus lebih inovatif dan kreatif saja untuk membaca pasar,” ujarnya Kontan.co.id, Minggu (16/9).
Menurutnya, sejauh ini langkah yang diambil perseroan untuk mengembangkan segmen hunian properti dengan memilih kawasan second tier yang animonya cukup besar dan memiliki pangsa pasar.
“Saat ini untuk rumah, kami fokus di Batam dan Bandung dimana untuk Batam kami sudah hampir melepas sebanyak 1050 unit rumah tahun ini dan harga properti di Batam sangat baik sekali, sementara di Bandung kami bahkan membuka 2 kloter untuk penjualan rumah,” tuturnya.
Sebenarnya, kata Indra yang dibutuhkan pengembang untuk proyek pasar hunian ini kuncinya harus kreatif dan inovatif jangan sampai mengambil pasar yang sudah padat seperti yang APLN lakukan.
“Ambil contoh saja, kalau menjual rumah atau membangun rumah di kawasan yang pasarnya padat pasti animonya kecil namun ketika memilih daerah yang pasarnya belum padat tapi pangsa pasarnya ada dan akan bisa berkembang 5-6 tahun ke depan maka proyek hunian tersebut akan terus membaik,” ujarnya.
Sementara untuk harga proyek secondary, lanjut Indra saat ini tidak bisa dikatakan sebagai penurunan karena sejatinya harga yang dipasarkan masih di atas harga yang seharusnya.
“Contohnya dulu harganya Rp 500 juta kemudian 2 atau 3 tahun yang lalu naik menjadi Rp 700 juta dan saat ini harganya Rp 600 juta, secara nilai mungkin turun tapi bagi saya ini bukan penurunan harga karena masih diatas harga awal,” tuturnya.
Sejauh ini, kata Indra seluruh proyek properti yang dikelola APLN tidak ada yang mengalami penurunan namun cenderung mengalami kenaikan.
“Selagi ada inovasi dan kreatifitas membaca pasar-pasar yang ada pangsa pasarnya maka segmen properti masih akan tetap meningkat terutama untuk rumah yang memang masih banyak dibutuhkan,” tuturnya.
Sementara Theresia Rustandi, Corporate Secretary PT Intiland Development Tbk mengatakan, pada dasarnya kenaikan harga sangat dipengaruhi oleh demand dan supply. Sementara saat ini suplai sedang banyak dan permintaan berkurang.
“Namun berkurangnya permintaan ini bukan karena daya beli turun malainkan pembeli sangat berhati-hati dalam menentukan jenis investasi yang hendak dipilih,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (16/9).
Menurutnya, sejauh ini Intiland sebagai developer selalu berusaha menjaga stabilitas harga karena ada investasi pembeli yang harus di maintance agar nilainya tidak jatuh.
Namun sayangnya, Theresia tidak menjelaskan apasaja yang dilakukan perseroan untuk menjaga kestabilan nilai jual tetap stabil.
Sementara untuk proyek secondary, kata Theresia sejauh ini harga ada di owner dan yang seringkali menjadi dasar pertimbangan adalah jual cepat sehingga harga bisa “dikorbankan”.
“Meskipun begitu, namun banyak juga owner yang menjaga nilai investasi propertinya dan sejauh ini untuk harga jual kami selalu berusaha untuk menjaga nilai investasi pelanggan kami,” tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News